PRELUDE
- Fyuuu~~ Setelah
berbulan-bulan mati suri dari segala aktivitas bersama Notu ( baca : Notu
itu nama notebook kesayangan saya ) mulai dari nonton, menggambar, internet,
googling, blogging, serta lenyapnya saya dari beberapa akun media sosial yang
mebuat beberapa sahabat turun tangan dan menyebarkan selebaran yang berbunyi
“WANTED : Dead OR Alive” demi menemukan saya yang sempat dicurigai berhubungan
dengan kasus penyelundupan kucing dalam karung *Nah lo? Daann akhirnya saya
kembali menyempatkan diri menjadi aktivis blog berkat rayuan maut beberapa
sahabat yang merindukan coretan yang saya ekspetasikan lewat jendela
kecil ini *berhubung jari saya udah gatel banget menulis cerita-cerita yang
menurut mata saya menarik buat diabadikan* ( Syukroon sahabat :D ). Dan meski
benar jari ini terlalu frontal dibanding lisan saya yang selalu surut jika
beradu kata, saya harap tulisan ini bisa menjadi sedikit bumbu yang berhasil menyajikan
rasa yang membuat kita memaknai hal-hal kecil di sekeliling kita.
Gilaa
banyak hal yang ingin saya tulis kali ini, makanya saya bikin jadi part-part
kecil yang pastinya nggak sempat saya selesaiin jika ditulis keseluruhan. Karna
tempat saya sekarang berisi hal-hal yang benar-benar membuat saya ingin lebih
membuka mata hati lebih baik daripada mata kepala yang udah terlalu tinggi
minusnya XD
Oke..kenapa
coretan saya kali ini saya beri judul seperti diatas?
User
Manual Book alias Buku Panduan. Disiini saya ingin membahas tentang
korelasi antara suatu Gadget dengan Buku Petunjuk Pemakaiannya. Jaman sekarang
pasti semua tak asing lagi dengan gadget kan J yuk
kita bahas tentang penggunaannya. :D
Reborn
part 1. Nah lho? Reinkarnasi atau apa ini? Yapp.. Mungkin bagi saya ini semacam
reinkarnasi atau terlahirnya kembali. Tentang siapa? Kok pake bagian 1 segala?
Harusnya judul ini saya posting bertepatan dengan tanggal kelahiran saya
beberapa bulan yang lalu yaitu 26 syawal, dimana banyak paradigma yang ingin
saya tulis disini sebagai patokan sendiri bahwa seharusnya tulisan yang kita
tulis sendiri, jika itu ilmu seharusnya kita lah yang pertama mengamalkan. Saat
itu saya merasa saya baruu saja mau memulai hidup dari semua apa yang telah
saya lalui. Dan saat memiliki tekad, kadang kita lemah dalam mewujudkan. Maka
tuliskanlah.. dan tekad itu akan menjadi kenyataan. ( Setidaknya akan menjadi
cermin bagi kita, jika misalkan kita menulis yang baik-baik, minimal kita jadi
malu sendiri kalo kita nggak bisa mencapai kebaikan yang telah kita tulis itu,
gituu.. heheh) Tapi berkat kesibukan yang sukses menjauhkan saya dari Notu, dan
interpretasi yang belum sebanding antar saya dengan tulisan saya, maka tulisan
ini akhirnya disajikan sekarang jauh dari tanggal target saya tersebut
dengan kondisi lusuh dan banyak sarang laba-labanya. Haha.
Wokehh
udah kepanjangan aja prelude nya.. XD kembali keee… Your Guide Book..
Manfaatkan buku petunjukmu semaksimal mungkin..
HOREEE.. senangnya
yang beli gadget baru. Hape baru. Laptop baru, atau apapun yang baru kita
miliki tentu saja kita niat banget untuk merawatnya sebaik mungkin. Kalau
perlu, jangan sampai terjamah yang lain takutnya rusak, tergores, padahal kita
wanti-wanti banget buat menjaganya dalam kondisi utuh, nggak mungkin kita rela
jika orang lain malah mengembalikannya dalam kondisi yang nggak menghilangkan
‘aura ‘ barang baru nya. Ya kan ya? Hhe.
Nah
nah.. kalau kita baru aja dapat barang baru, ingin sekali pastinya menguasai
dalam penggunaannya dong? Haruslah.. bisa-bisa malu, jika pas ditanya “Cara
makainya gimana nih?” atau “Yang ini gimana fungsinya nih?” atau seputar hal
lain mengenai kepunyaan kita ini, eh jika ternyata malah kita sendiri yang
nggak ngerti masing-masing fungsi dan pengaplikasiannya, Blushing2 pasti..
hehe.
Ceritanya
‘kan barang baru.. hayoo.. share gimana para stuffer dalam pemakaian
pertamanya?? Kita asumsikan saja ini gadget baru yak..
*
“Ah..utak-atik aja.. ntar bisa sendiri.. “
*
“Ngikut yang lain make nya gimana ajaaa.. kan udah banyak contohnyaa…”
*
“Intip dikit deh petunjuknya..”
Yo
yoo… gimana..? kebanyakan milih poin keberapa nih..? poin 1 atau 2 kali ya…? J yuk coba kita bahas poin demi poin ini.. hehe
Poin 1, Kita ingin agar gadget kita itu
tetap utuh tanpa ada cela, kan ya? yakin tuh gadget di malpraktekin berdasarkan
uji coba semaunya? Kalau rusak ditangan kita sendiri gimana? nyesal kan hayoo..
Poin 2, Coba angkat tangannya yang ikut-ikutan
nyontoh orang kebanyakaann J ? beberapa dari kita memang memakai
prinsip “belajar dari yang udah berpengalaman”. Standarisasi yang klasik
banget. Kita seringnya berpatokan pada orang yang sudah-sudah, kaya si gadget yang
jadi lakon bahasan kita kali ini “Woo...semua pada nginstal ini nih, kita juga
musti install ni.. gengsi doong kalo aplikasi yang udah booming lama kaya gini
aja kita nggak punya” .
Poin 3, yuk intip si buku
petunjuk.. Biasanya setiap gadget dilengkapi dengan user manual book alias buku
panduan dari pabriknya, malah normalnya wajib ada. Tapi emang dasarnya kita
yang suka nganggurin buku panduannya. Ya mana bisa kita tuntut ke perusahaan
jika kita sendiri nggak menggunakan buku panduan tersebut sebagai pedoman kita.
Padahal pihak pabrikan pastinya udah merancang gadget seakurat mungkin dengan
diberi keterangan, kelebihan, kekurangan, petunjuk dan larangan dalam
penggunaan gadget pada buku panduan. Ya silahkan pada akhirnya kita harus
memperbaiki gadget dengan usaha kita sendiri jika kita nggak mengikuti
petunjuknya dengan benar. Ingin di servis? Bongkar? Yang jelaas resiko dan
biayanya akan menjadi tanggungan kita sendiri.
Nah
dibawain ke diri kita nih. Gadget itu mirip seperti kita.. Nah lho kok..? hubungannya
kita sama gadget apaan coba? Nah mari kita lihat korelasinya (meski ini Cuma
dari sudut pandang kacamata minus 3 saya ya :P ) :
****
Saat
kita hunting gadget. Dan *jleb! Hati kita sudah terpanah asmara oleh gadget
idaman kita.
Kita
memutuskan buat membeli si gadget. Kita menyatakan siap untuk mengadopsi si
gadget lewat surat penyataan berupa lembaran bertulisan angka, dan si produsen
pun menitipkan gadget kepada kita setelah kita menyerahkan lembaran tersebut
(baca : lembaran yang ada gambar soekarno-hatta nya yaa XD). Dan tanpa
kita sadari, dari sinilah cerita si gadget dimulai… *backsound : drum
bertubi-tubi biar dramatis*
Si
gadget mulai memmbuka matanya dari lelap sunyi dari dalam kotak kecil.
Dan menyuarakan dari heningnya “engkaulah majikan ku, tuaan” kepada si empunya
yang telah membelinya. Semua menjadi kuasa sang majikan. Hidup dan mati ada
ditangan si majikan. Si gadget akan melakukan semampunya untuk sang majikan.
Dalam batas kesanggupannya. Jika ia tangguh dan sesuai kinerja yang telah
tertera pada buku petunjuk, maka ia akan selalu dalam kondisi prima sampai
batas umur ketangguhan partikel penyusun gadget itu sendiri. Namun jika semua
melampaui kemampuan si gadget, jangan menyesal jika kinerja si gadget memburuk,
mudah hang, rentan virus, atau malah rusak sama sekali. ***
Dan
kita bawakan kepada insan manusia. Saat kita sebagai manusia difitrahkan lahir
ke dunia, tentu saja Allah nggak asal-asalan menciptakan kita. Kita sudah
direncanain Allah secara akurat di Lauhul Mahfuz. Nggak ada istilahnya anak
sial, anak haram, dan sebagainya istilah yang dibuat-buat sendiri oleh makhluk.
ibarat gadget ini, di Lauhul Mahfuz ia menunggu pembeli, menunggu fitrahnya
untuk terlahir, jika ia dipandang indah (menyatakan sanggup) ia akan dilahirkan
ke muka bumi (dibeli lewat jasad manusia) dan jika ia dipandang lemah (tidak
sanggup) maka Allah tetap menyimpannya di Lauhul Mahfuz menjadi benih-benih
suci yang hanya Allah sang penyimpan misterinya (Kata dosen saya
ketidaksanggupan ini bisa saja berupa bentuk janin yang gugur dari kandungan).
Kita yang menyatakan ‘sanggup’ akhirnya terlahir, mulai membuka mata, menangis,
memandang dunia, menangis, tanggung jawab apa yang akan kita emban di dunia.
Bagi si bayi pria, ia di azan kan. Dan bagi wanita, ia di iqamah kan. (sebelum
akhirnya mereka dishalatkan. Wallaahualam.)
Dan
harusnya kita sangat sadar, nyawa yang telah menyatakan “indah” dalam
kesanggupan ketika jasad kita memilih terlahir, juga disertakan buku petunjuk
yang telah dipersiapkan untuk si jasad mengelola nyawa yang telah dititipkan
padanya. Buku yang mana itu? Tentu saja Mushaf Al Quran Nul Karim.
Ah, kita nggak minta kok dilahirkan ke
dunia, lantas apa fungsi kita di dunia?
Ibarat
Gadget tadi, si produsen pasti punya maksud dan tujuan menciptakan si gadget.
Yang bermaksud untuk memperbaiki sistem kehidupan dengan memanfaatkan teknologi
gadget ini. Ia dilengkapi dengan fitur-fitur yang mempermudah penggunanya dalam
pemakaian. Berawal dari tujuan utama penciptaan gadget ini adalah untuk
mempermudah komunikasi, selanjutnya berkembang untuk fungsi pengolahan data,
dan bermacam ragam aplikasi penggunaan gadget yang tersedia jaman sekarang Dan
banyak aplikasi hiburan yang juga disediakan bebas dipasaran. Dan sesuai dengan
selera kita, untuk menginstal aplikasi mana yang kira-kira bermanfaat atau
hanya akan memperberat sistem pada gadget. Begitu juga halnya
dengan manusia, tujuan Sang Pencipta ( ALLAH SWT ) menciptakan kita di bumi
tentu juga ada alasannya, salah satunya juga seperti si gadget, yakni peran
untuk memperbaiki sistem di dunia. Maksudnya? Yakni sebagai Khalifah di muka
bumi ini, seperti yang tertera pada penggalan surat Al Baqarah (2) ayat 30 yang
berbunyi :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi…”
Khalifah
alias pemimpin. Banyak asumsi yang menyimpulkan minimal untuk memimpin diri
sendiri. Dan kita tau kenapa kita yang dipilih? Sampai-sampai pada ayat yang
sama dijelaskan bahwa para malaikat pun jealous atas keputusan Allah untuk
memilih kita sebagai pemimpin. Tidakkah kita merasa bangga akan derjat kita
yang ternyata di mata Pencipta kita lebih tinggi dari malaikat?
Oke,
sekarang kita tau, tujuan kita adalah untuk memimpin, minimal memimpin diri sendiri.
Tapi untuk diapakan atau mau dikemanakan pertanggungjawaban ‘kepemimpinan’ kita
itu?
Kita
sering berfikir begini :
“Life is so simple, just doing what are u
want to do, because life is too short.”
Benarkah
sesimpel itu? Atau ada pernyataan lain :
“Why are you so serious to face the world
with acting damn mysterious? Just enjoy it.”
Banyak
dari kita yang menilai hidup itu murni adalah ‘kesempatan’ dan hanya ingin
melakukan apa yang ingin dilakukan, serta merasakan apa diinginkan, sesuai
dengan harapan yang ditanam. Jika difikir ulang pernyataan tersebut menganut
azas keegosentrisan yang dalam. Karena terdengar mutlak menjalani hal yang
disuka. Dan sebagian lainnya menganggap hidup juga kesempatan, namun
untuk ‘mensyukuri’ atas segala hal yang dapat ia lakukan dan rasakan di muka
bumi ini.
Jelas
ini pengertian yang berbeda. Jika hidup sebatas kesempatan melakukan &
menginginkan harapan tadi, tentu manusia takkan hentinya mengejar dunia. Takkan
pernah puas memperoleh pencapaiannya selama kesempatan hidup itu masih ada.
Namun jika ia adalah bentuk rasa syukur atas kesempatan untuk melakukan dan
merasakan harapan tadi, tentu saja kita akan menjalani hidup secara hati-hati
karna rasa syukur tadi lah yang membatasi kita untuk tidak berlaku melampaui
batas dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Sang Pencipta kita tadi lewat buku
petunjuk-Nya, karena ia tau ‘kesempatan’ tadi memiliki limit, yang mau tak mau
memaksa ia harus berbuat hal yang tidak merugikan ia sampai limit tersebut
datang, karena setelah itu ia akan menemui dimensi yang lain, dimensi tempat ia
mempertanggungjawabkan ‘kesempatan’nya tadi, dimensi yang membuat ia sempurna
sebagai makhluk ciptaan ALLAH.
Seperti
tulisan Abu Al-Faraj Ar Ragib Al Aslahani, (yang Quote nya saya curi lewat buku
yang nggak sengaja saya baca di pertokoan beberapa waktu lalu *saya anjurkan
buat beli tapi ampun lupa judulnyaa -_- ) :
“Perjalanan hidup tak ubahnya seperti ayam. Unggas ini tidak dapat meraih kesempurnaannya kecuali dengan meninggalkan kulit telur yang menjadi tempatnya sebelum menetas. Hidup duniawi adaalah kulit telur manusia. Kematian adalah tangga menuju keabadian, menuju hidup yang tanpa mati.”
Hmm..jadi
hakikatnya kita seharusnya malah harus serius menghadapi dunia, bukannya
main-main. Bayangkan kalo kita anggap sepele sama dunia (alias cangkang kulit
telur tadi) cangkang tersebut nggak kita jaga dengan baik, hingga akhirnya
retak, dan malah mungkin pecah, jadilah apa yang akan kita bawa ke akhirat akan
lahir secara tak sempurna.
Tapi.. jika benar Al-Qur’an itu adalah
buuku panduan kita, bagaimana kita bisa menerapkannya semenjak lahir? Sementara
saat terlahir kita tidak memiliki akal yang cukup untuk memahami isi Al Qur’an?
Lupakah
kita? Semenjak usia berapa ALLAH mulai memberlakukan perhitungan dosa kita? Itu
adalah sebagai bentuk kemudahan yang diberikan Allah bagi kita mengikuti
pedoman yang belum bias kita fahami semenjak bayi hingga anak-anak.
Dan
disinilah kita menyadari peran Orang Tua.. mereka yang dititipi oleh ALLAH
untuk memberi kita penghidupan. Membesarkan dan mendidik kita semenjak lahir,
membesarkan kita dengan penuh kasih sayang dan perlindungan yang amat sangat
besar. Untuk ibu, Beliau rela bersusah payah membawa kita dalam betuk janin
selama 9 bulan lamanya, menjaga dengan extra hati-hati agar kelak kita terlahir
sehat dan sempurna, dan melahirkan kita dengan taruhan antar hidup dan mati.
Ayah, beliau lah yang menjaga kita, mencari nafkah hanya untuk memberi
kesejahteraan untuk kita, beraneka mainan di masa kecil, perlengkapan sekolah,
kebutuhan hidup yang cukup bagi kita.
Orangtua
Mengajarkan kita banyak hal didunia, tentang hidup, mengenal benda-benda
disekeliling kita, menuntun kita mengenal amalan baik dan buruk. Menjadikan
kita manusia yang siap menghadapai kehidupan yang sesungguhnya. Lucu. Disini
saya merasa agak lucu. Dan ketika kita telah mengerti tentang dunia, kita mulai
berfikir “ayah, ibu.. aku sudah dewasa.. biarkan semua dengan caraku..”.
tanpa kita mengerti tuntunan mereka dahulu yang membuat kita ‘berakal’ seperti
sekarang. Astagfirullah. Dan selanjutnya saat beranjak dewasa kita mulai
menghadapi dunia kita sendiri, bekerja, dan kelak juga membentuk keluarga
sendiri. Dan sekali lagi dibagian ini saya merasa lucu. Lihatlah, ternyata pada
hakikatnya “orangtua membesarkan kita dengan susah payah hanya untuk dibawa
oleh orang lain”. Bukankah itu terdengar miris?
Oke,
jangan bahas soal berkeluarga dulu, Bagi ia yang tujuannya saja berdiri di kaki
sendiri untuk bekerja alias mencari uang guna mensejahterakan ayah
ibunya saja kadang masih menyisipkan kesedihan dihati orangtua, “ah..anakku
terlalu sibuk bekerja sehingga lupa pada kami yang telah tua”.
Lantas
bagaimana dengan mereka yang (maaf) berpacaran? Tidakkah ia merasa itu sebagai
pengkhianatan terhadapa orangtua? Perhatian terhadap pacar, apakah sebaik
perhatian kita kepada orangtua kita?
Penulis
sendiri hanya bagian dari mereka yang durhaka, yang masih belum dapat
mengalahkan keangkuhan dan ego ini untuk berbakti lebih baik kepada orang tua.
MasaAllah.
Kembali
kepada Al Qur an sebagai pedoman kita, berikutnya saya tertarik dengan buku
yang pernah saya baca (D) untuk mengutip ayat yang menjadi jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang kadang sering kita lontarkan kepada Tuhan untuk
menyanggah petunjuk yang sebenarnya sudah disediakan Allah bagi kita yang
berusaha mencari cara untuk menyerah menjalankan buku pedoman kita ini.
“Ya Allah aku bingung dengan hidup yang
aku jalani…”
“Bacalah dengan menyebut Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajarkamu dengan perantaraa Kalam,. Dia
mengajaarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Al-Alaq 1-5)”
“Apa yang harus dibaca Ya Allah?”
“Kitab Al Qur an ini tidak ada keraguan padanya.
Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa..(QS Al-Baqarah 2)”
“Petunjuk apa itu Ya Allah?”
“Penyembuh bagi penyakit yang ada didalam
dada (QS Yunus 57)
“Tapi seluruh petujuk dalam Al Quran
sangat sulit untuk diterapkan”
“Yang demikian itu karena Allah telah
menurunkan kitab (AlQuran) dengan membawakebenaran, dan sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang kebenaran kitab itu, mereka dalam
perpecahan yang jauh. (QS Al Baqarah 176)”
“Jadi aku harus menerapkannya secara
sempurna?”
“Tidak ada paksaan dalam menganut agama
islam. Sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan
yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka
sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak putus.
Allah Maha Mendengaar, Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah 256)”
“Di jaman sekarang susah untuk menerapka
islam secara baik”
“Maka kepada ajaran manakah (selain Al
Quran) ini mereka akan beriman? (QS Al Mursalat 50)”
Waaa…udah
kemalaman ternyata -_- okeyy..part 1 saya akhiri disini.. selanjutnya saya akan
mencoba membedah isi Al Quran lebih banyak lagi :D dengan masih korelasi
atara manusia dan gadget. (Maap judulnya sedikit kontra :P
Semoga
kita diberi petunjuk oleh Sang Maha Kuasa, Allah Azza Wa Jalla.. Amin…
Bersambung yaa.. :D
0 testimoni:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan kritik saran serta masukannya :)