Life for Tommorow

Masa lalu ibarat pengambian foto dengan teknik 'Levitasi'. Ianya terlihat menarik seolah waktu terhenti tanpa gravitasi. Padahal, ia hanya mencuri sepersekian detik waktu untuk mengabadikan momen semu itu. Hanya semu. ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Hijrah

"Siapa yang tidak mendekat kepada ALLAH, padahal sudah dihadiahi berbagai kenikmatan, akan diseret (agar mendekat) kepada-NYA dengan rantai cobaan."(IAA) ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Ephemeralogic

Tuhan menitipkan cerita di dalam cerita. Memberikan batas disetiap masa. ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Dakwah

"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh pada jalan Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya ALLAH bersama orang-orang yang berbuat kebajikan."(Q.S. Al-Ankabut : 69) ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Menulislah

Jika Kau Bukan Anak Raja, Juga Bukan Anak Ulama Besar, maka Menulislah ! ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Minggu, 31 Agustus 2014

USER MANUAL BOOK, Gadget and Us ( REBORN : Part 1 )


PRELUDE - Fyuuu~~ Setelah berbulan-bulan  mati suri dari segala aktivitas bersama Notu ( baca : Notu itu nama notebook kesayangan saya ) mulai dari nonton, menggambar,  internet, googling, blogging, serta lenyapnya saya dari beberapa akun media sosial yang mebuat beberapa sahabat turun tangan dan menyebarkan selebaran yang berbunyi “WANTED : Dead OR Alive” demi menemukan saya yang sempat dicurigai berhubungan dengan kasus penyelundupan kucing dalam karung *Nah lo? Daann akhirnya saya kembali menyempatkan diri menjadi aktivis blog berkat rayuan maut beberapa sahabat yang merindukan coretan  yang saya ekspetasikan lewat jendela  kecil ini *berhubung jari saya udah gatel banget menulis cerita-cerita yang menurut mata saya menarik buat diabadikan* ( Syukroon sahabat :D ). Dan meski benar jari ini terlalu frontal dibanding lisan saya yang selalu surut jika beradu kata, saya harap tulisan ini bisa menjadi sedikit bumbu yang berhasil menyajikan rasa yang membuat kita memaknai hal-hal kecil di sekeliling kita.

Gilaa banyak hal yang ingin saya tulis kali ini, makanya saya bikin jadi part-part kecil yang pastinya nggak sempat saya selesaiin jika ditulis keseluruhan. Karna tempat saya sekarang berisi hal-hal yang benar-benar membuat saya ingin lebih membuka mata hati lebih baik daripada mata kepala yang udah terlalu tinggi minusnya XD

Oke..kenapa coretan saya kali ini saya beri judul seperti diatas?

User Manual Book alias Buku Panduan. Disiini  saya ingin membahas tentang korelasi antara suatu Gadget dengan Buku Petunjuk Pemakaiannya. Jaman sekarang pasti semua tak asing lagi dengan gadget kan J yuk kita bahas tentang penggunaannya. :D

Reborn part 1. Nah lho? Reinkarnasi atau apa ini? Yapp.. Mungkin bagi saya ini semacam reinkarnasi atau terlahirnya kembali. Tentang siapa? Kok pake bagian 1 segala? Harusnya judul ini saya posting bertepatan dengan tanggal kelahiran saya beberapa bulan yang lalu yaitu 26 syawal, dimana banyak paradigma yang ingin saya tulis disini sebagai patokan sendiri bahwa seharusnya tulisan yang kita tulis sendiri, jika itu ilmu seharusnya kita lah yang pertama mengamalkan. Saat itu saya merasa saya baruu saja mau memulai hidup dari semua apa yang telah saya lalui. Dan saat memiliki tekad, kadang kita lemah dalam mewujudkan. Maka tuliskanlah.. dan tekad itu akan menjadi kenyataan. ( Setidaknya akan menjadi cermin bagi kita, jika misalkan kita menulis yang baik-baik, minimal kita jadi malu sendiri kalo kita nggak bisa mencapai kebaikan yang telah kita tulis itu, gituu.. heheh) Tapi berkat kesibukan yang sukses menjauhkan saya dari Notu, dan interpretasi yang belum sebanding antar saya dengan tulisan saya, maka tulisan ini akhirnya disajikan sekarang  jauh dari tanggal target saya tersebut dengan kondisi lusuh dan banyak sarang laba-labanya. Haha.

Wokehh udah kepanjangan aja prelude nya..  XD kembali keee… Your Guide Book..


Manfaatkan buku petunjukmu semaksimal mungkin..


HOREEE.. senangnya yang beli gadget baru. Hape baru. Laptop baru, atau apapun yang baru kita miliki tentu saja kita niat banget untuk merawatnya sebaik mungkin. Kalau perlu, jangan sampai terjamah yang lain takutnya rusak, tergores, padahal kita wanti-wanti banget buat menjaganya dalam kondisi utuh, nggak mungkin kita rela jika orang lain malah mengembalikannya dalam kondisi yang nggak menghilangkan ‘aura ‘ barang baru nya. Ya kan ya? Hhe.

Nah nah.. kalau kita baru aja dapat barang baru, ingin sekali pastinya menguasai dalam penggunaannya dong? Haruslah.. bisa-bisa malu, jika pas ditanya “Cara makainya gimana nih?” atau “Yang ini gimana fungsinya nih?” atau seputar hal lain mengenai kepunyaan kita ini, eh jika ternyata malah kita sendiri yang nggak ngerti masing-masing fungsi dan pengaplikasiannya, Blushing2 pasti.. hehe.

Ceritanya ‘kan barang baru.. hayoo.. share gimana para stuffer dalam pemakaian  pertamanya?? Kita asumsikan saja ini gadget baru yak..
* “Ah..utak-atik aja.. ntar bisa sendiri.. “
* “Ngikut yang lain make nya gimana ajaaa.. kan udah banyak contohnyaa…”
* “Intip dikit deh petunjuknya..”

Yo yoo… gimana..? kebanyakan milih poin keberapa nih..? poin 1 atau 2 kali ya…? J yuk coba kita bahas poin demi poin ini.. hehe

Poin 1,  Kita ingin agar gadget kita itu tetap utuh tanpa ada cela, kan ya? yakin tuh gadget di malpraktekin berdasarkan uji coba semaunya? Kalau rusak ditangan kita sendiri gimana? nyesal kan hayoo..

Poin 2, Coba angkat tangannya yang ikut-ikutan nyontoh orang kebanyakaann J ? beberapa dari kita memang memakai prinsip “belajar dari yang udah berpengalaman”. Standarisasi yang klasik banget. Kita seringnya berpatokan pada orang yang sudah-sudah, kaya si gadget yang jadi lakon bahasan kita kali ini “Woo...semua pada nginstal ini nih, kita juga musti install ni.. gengsi doong kalo aplikasi yang udah booming lama kaya gini aja kita nggak punya” .

Poin 3, yuk intip si buku petunjuk.. Biasanya setiap gadget dilengkapi dengan user manual book alias buku panduan dari pabriknya, malah normalnya wajib ada. Tapi emang dasarnya kita yang suka nganggurin buku panduannya. Ya mana bisa kita tuntut ke perusahaan jika kita sendiri nggak menggunakan buku panduan tersebut sebagai pedoman kita. Padahal pihak pabrikan pastinya udah merancang gadget seakurat mungkin dengan diberi keterangan, kelebihan, kekurangan, petunjuk dan larangan dalam penggunaan gadget pada buku panduan. Ya silahkan pada akhirnya kita harus memperbaiki gadget dengan usaha kita sendiri jika kita nggak mengikuti petunjuknya dengan benar. Ingin di servis? Bongkar? Yang jelaas resiko dan biayanya akan menjadi tanggungan kita sendiri.

Nah dibawain ke diri kita nih. Gadget itu mirip seperti kita.. Nah lho kok..? hubungannya kita sama gadget apaan coba? Nah mari kita lihat korelasinya (meski ini Cuma dari sudut pandang kacamata minus 3 saya ya :P ) :
****

Saat kita hunting gadget. Dan *jleb! Hati kita sudah terpanah asmara oleh gadget idaman kita.

Kita memutuskan buat membeli si gadget. Kita menyatakan siap untuk mengadopsi si gadget lewat surat penyataan berupa lembaran bertulisan angka, dan si produsen pun menitipkan gadget kepada kita setelah kita menyerahkan lembaran tersebut (baca : lembaran yang ada gambar soekarno-hatta nya yaa  XD). Dan tanpa kita sadari, dari sinilah cerita si gadget dimulai… *backsound : drum bertubi-tubi biar dramatis*

Si gadget mulai memmbuka matanya dari lelap sunyi dari dalam  kotak kecil. Dan menyuarakan dari heningnya “engkaulah majikan ku, tuaan” kepada si empunya yang telah membelinya. Semua menjadi kuasa sang majikan. Hidup dan mati ada ditangan si majikan. Si gadget akan melakukan semampunya untuk sang majikan. Dalam batas kesanggupannya. Jika ia tangguh dan sesuai kinerja yang telah tertera pada buku petunjuk, maka ia akan selalu dalam kondisi prima sampai batas umur ketangguhan partikel penyusun gadget itu sendiri. Namun jika semua melampaui kemampuan si gadget, jangan menyesal jika kinerja si gadget memburuk, mudah hang, rentan virus, atau malah rusak sama sekali. ***

Dan kita bawakan kepada insan manusia. Saat kita sebagai manusia difitrahkan lahir ke dunia, tentu saja Allah nggak asal-asalan menciptakan kita. Kita sudah direncanain Allah secara akurat di Lauhul Mahfuz. Nggak ada istilahnya anak sial, anak haram, dan sebagainya istilah yang dibuat-buat sendiri oleh makhluk. ibarat gadget ini, di Lauhul Mahfuz ia menunggu pembeli, menunggu fitrahnya untuk terlahir, jika ia dipandang indah (menyatakan sanggup) ia akan dilahirkan ke muka bumi (dibeli lewat jasad manusia) dan jika ia dipandang lemah (tidak sanggup) maka Allah tetap menyimpannya di Lauhul Mahfuz menjadi benih-benih suci yang hanya Allah sang penyimpan misterinya (Kata dosen saya ketidaksanggupan ini bisa saja berupa bentuk janin yang gugur dari kandungan). Kita yang menyatakan ‘sanggup’ akhirnya terlahir, mulai membuka mata, menangis, memandang dunia, menangis, tanggung jawab apa yang akan kita emban di dunia. Bagi si bayi pria, ia di azan kan. Dan bagi wanita, ia di iqamah kan. (sebelum akhirnya mereka dishalatkan. Wallaahualam.)

Dan harusnya kita sangat sadar, nyawa yang telah menyatakan “indah” dalam kesanggupan ketika jasad kita memilih terlahir, juga disertakan buku petunjuk yang telah dipersiapkan untuk si jasad mengelola nyawa yang telah dititipkan padanya. Buku yang mana itu? Tentu saja Mushaf Al Quran Nul Karim.


Ah, kita nggak minta kok dilahirkan ke dunia, lantas apa fungsi kita di dunia?
 Ibarat Gadget tadi, si produsen pasti punya maksud dan tujuan menciptakan si gadget. Yang bermaksud untuk memperbaiki sistem kehidupan dengan memanfaatkan teknologi gadget ini. Ia dilengkapi dengan fitur-fitur yang mempermudah penggunanya dalam pemakaian. Berawal dari tujuan utama penciptaan gadget ini adalah untuk mempermudah komunikasi, selanjutnya berkembang untuk fungsi pengolahan data, dan bermacam ragam aplikasi penggunaan gadget yang tersedia jaman sekarang Dan banyak aplikasi hiburan yang juga disediakan bebas dipasaran. Dan sesuai dengan selera kita, untuk menginstal aplikasi mana yang kira-kira bermanfaat atau hanya akan memperberat sistem  pada gadget.  Begitu juga halnya dengan manusia, tujuan Sang Pencipta ( ALLAH SWT ) menciptakan kita di bumi tentu juga ada alasannya, salah satunya juga seperti si gadget, yakni peran untuk memperbaiki sistem di dunia. Maksudnya? Yakni sebagai Khalifah di muka bumi ini, seperti yang tertera pada penggalan surat Al Baqarah (2) ayat 30 yang berbunyi :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”  

Khalifah alias pemimpin. Banyak asumsi yang menyimpulkan minimal untuk memimpin diri sendiri. Dan kita tau kenapa kita yang dipilih? Sampai-sampai pada ayat yang sama dijelaskan bahwa para malaikat pun jealous atas keputusan Allah untuk memilih kita sebagai pemimpin. Tidakkah kita merasa bangga akan derjat kita yang ternyata di mata Pencipta kita lebih tinggi dari malaikat?
Oke, sekarang kita tau, tujuan kita adalah untuk memimpin, minimal memimpin diri sendiri. Tapi untuk diapakan atau mau dikemanakan pertanggungjawaban ‘kepemimpinan’ kita itu?
Kita sering berfikir begini :
“Life is so simple, just doing what are u want to do, because life is too short.”

Benarkah sesimpel itu? Atau ada pernyataan lain :
“Why are you so serious to face the world with acting damn mysterious? Just enjoy it.” 

Banyak dari kita yang menilai hidup itu murni adalah ‘kesempatan’ dan hanya ingin melakukan apa yang ingin dilakukan, serta merasakan apa diinginkan, sesuai dengan harapan yang ditanam. Jika difikir ulang pernyataan tersebut menganut azas keegosentrisan yang dalam. Karena terdengar mutlak menjalani hal yang disuka. Dan sebagian lainnya menganggap hidup juga kesempatan, namun untuk ‘mensyukuri’ atas segala hal yang dapat ia lakukan dan rasakan di muka bumi ini.

Jelas ini pengertian yang berbeda. Jika hidup sebatas kesempatan melakukan & menginginkan harapan tadi, tentu manusia takkan hentinya mengejar dunia. Takkan pernah puas memperoleh pencapaiannya selama kesempatan hidup itu masih ada.  Namun jika ia adalah bentuk rasa syukur atas kesempatan untuk melakukan dan merasakan harapan tadi, tentu saja kita akan menjalani hidup secara hati-hati karna rasa syukur tadi lah yang membatasi kita untuk tidak berlaku melampaui batas dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Sang Pencipta kita tadi lewat buku petunjuk-Nya, karena ia tau ‘kesempatan’ tadi memiliki limit, yang mau tak mau memaksa ia harus berbuat hal yang tidak merugikan ia sampai limit tersebut datang, karena setelah itu ia akan menemui dimensi yang lain, dimensi tempat ia mempertanggungjawabkan ‘kesempatan’nya tadi, dimensi yang membuat ia sempurna sebagai makhluk ciptaan  ALLAH.

Seperti tulisan Abu Al-Faraj Ar Ragib Al Aslahani, (yang Quote nya saya curi lewat buku yang nggak sengaja saya baca di pertokoan beberapa waktu lalu *saya anjurkan buat beli tapi ampun lupa judulnyaa -_- ) :

“Perjalanan hidup tak ubahnya seperti ayam. Unggas ini tidak dapat meraih kesempurnaannya kecuali dengan meninggalkan kulit telur yang menjadi tempatnya sebelum menetas. Hidup duniawi adaalah kulit telur manusia. Kematian adalah tangga menuju keabadian, menuju hidup yang tanpa mati.”
Hmm..jadi hakikatnya kita seharusnya malah harus serius menghadapi dunia, bukannya main-main. Bayangkan kalo kita anggap sepele sama dunia (alias cangkang kulit telur tadi) cangkang tersebut nggak kita jaga dengan baik, hingga akhirnya retak, dan malah mungkin pecah, jadilah apa yang akan kita bawa ke akhirat akan lahir secara tak sempurna.

Tapi.. jika benar Al-Qur’an itu adalah buuku panduan kita, bagaimana kita bisa menerapkannya semenjak lahir? Sementara saat terlahir kita tidak memiliki akal yang cukup untuk memahami isi Al Qur’an?
Lupakah kita? Semenjak usia berapa ALLAH mulai memberlakukan perhitungan dosa kita? Itu adalah sebagai bentuk kemudahan yang diberikan Allah bagi kita mengikuti pedoman yang belum bias kita fahami semenjak bayi hingga anak-anak.
Dan disinilah kita menyadari peran Orang Tua.. mereka yang dititipi oleh ALLAH untuk memberi kita penghidupan. Membesarkan dan mendidik kita semenjak lahir, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang dan perlindungan yang amat sangat besar. Untuk ibu, Beliau rela bersusah payah membawa kita dalam betuk janin selama 9 bulan lamanya, menjaga dengan extra hati-hati agar kelak kita terlahir sehat dan sempurna, dan melahirkan kita dengan taruhan antar hidup dan mati. Ayah, beliau lah yang menjaga kita, mencari nafkah hanya untuk memberi kesejahteraan untuk kita, beraneka mainan di masa kecil, perlengkapan sekolah, kebutuhan hidup yang cukup bagi kita.
Orangtua Mengajarkan kita banyak hal didunia, tentang hidup, mengenal benda-benda disekeliling kita, menuntun kita mengenal amalan baik dan buruk. Menjadikan kita manusia yang siap menghadapai kehidupan yang sesungguhnya. Lucu. Disini saya merasa agak lucu. Dan ketika kita telah mengerti tentang dunia, kita mulai berfikir “ayah, ibu..  aku sudah dewasa.. biarkan semua dengan caraku..”. tanpa kita mengerti tuntunan mereka dahulu yang membuat kita ‘berakal’ seperti sekarang. Astagfirullah. Dan selanjutnya saat beranjak dewasa kita mulai menghadapi dunia kita sendiri, bekerja, dan kelak juga membentuk keluarga sendiri. Dan sekali lagi dibagian ini saya merasa lucu. Lihatlah, ternyata pada hakikatnya “orangtua membesarkan kita dengan susah payah hanya untuk dibawa oleh orang lain”. Bukankah itu terdengar miris?
Oke, jangan bahas soal berkeluarga dulu, Bagi ia yang tujuannya saja berdiri di kaki sendiri untuk bekerja alias mencari uang  guna mensejahterakan  ayah ibunya saja kadang masih menyisipkan kesedihan dihati orangtua, “ah..anakku terlalu sibuk bekerja sehingga lupa pada kami yang telah tua”.
Lantas bagaimana dengan mereka yang (maaf) berpacaran? Tidakkah ia merasa itu sebagai pengkhianatan terhadapa orangtua? Perhatian terhadap pacar, apakah sebaik perhatian kita kepada orangtua kita? 
Penulis sendiri hanya bagian dari mereka yang durhaka, yang masih belum dapat mengalahkan keangkuhan dan ego ini untuk berbakti lebih baik kepada orang tua. MasaAllah.

Kembali kepada Al Qur an sebagai pedoman kita, berikutnya saya tertarik dengan buku yang pernah saya baca (D) untuk mengutip ayat yang menjadi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kadang sering kita lontarkan kepada Tuhan untuk menyanggah petunjuk yang sebenarnya sudah disediakan Allah bagi  kita yang berusaha mencari cara untuk menyerah menjalankan buku pedoman kita ini.

“Ya Allah aku bingung dengan hidup yang aku jalani…”
“Bacalah dengan menyebut Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajarkamu dengan perantaraa Kalam,. Dia mengajaarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Al-Alaq 1-5)”
“Apa yang harus dibaca Ya Allah?”
“Kitab Al Qur an ini tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa..(QS Al-Baqarah 2)”
“Petunjuk apa itu Ya Allah?”
“Penyembuh bagi penyakit yang ada didalam dada (QS Yunus 57)
“Tapi seluruh petujuk dalam Al Quran sangat sulit untuk diterapkan”
“Yang demikian itu karena Allah telah menurunkan kitab (AlQuran) dengan membawakebenaran, dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang kebenaran kitab itu, mereka dalam perpecahan yang jauh. (QS Al Baqarah 176)”
“Jadi aku harus menerapkannya secara sempurna?”
“Tidak ada paksaan dalam menganut agama islam. Sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak putus. Allah Maha Mendengaar, Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah 256)”
“Di jaman sekarang susah untuk menerapka islam secara baik”
“Maka kepada ajaran manakah (selain Al Quran) ini mereka akan beriman? (QS Al Mursalat 50)”

Waaa…udah kemalaman ternyata -_- okeyy..part 1 saya akhiri disini.. selanjutnya saya akan mencoba membedah isi  Al Quran lebih banyak lagi :D dengan masih korelasi atara manusia dan gadget. (Maap judulnya sedikit kontra :P
Semoga kita diberi petunjuk oleh Sang Maha Kuasa, Allah Azza Wa Jalla.. Amin…
Bersambung yaa.. :D