Life for Tommorow

Masa lalu ibarat pengambian foto dengan teknik 'Levitasi'. Ianya terlihat menarik seolah waktu terhenti tanpa gravitasi. Padahal, ia hanya mencuri sepersekian detik waktu untuk mengabadikan momen semu itu. Hanya semu. ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Hijrah

"Siapa yang tidak mendekat kepada ALLAH, padahal sudah dihadiahi berbagai kenikmatan, akan diseret (agar mendekat) kepada-NYA dengan rantai cobaan."(IAA) ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Ephemeralogic

Tuhan menitipkan cerita di dalam cerita. Memberikan batas disetiap masa. ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Dakwah

"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh pada jalan Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya ALLAH bersama orang-orang yang berbuat kebajikan."(Q.S. Al-Ankabut : 69) ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Menulislah

Jika Kau Bukan Anak Raja, Juga Bukan Anak Ulama Besar, maka Menulislah ! ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Rabu, 10 Agustus 2016

Kesabaran Tak Berpalang Batas


Apa saya jatuh cinta padanya?

Jika orang-orang beranggapan saat hati dan fikiran kita mulai dipenuhi tak menentu oleh seseorang adalah pertanda gejala jatuh cinta, mungkin memang benar saya telah jatuh cinta pada kisahnya.
Ya, beberapa hari ini fikiran saya dipenuhi oleh seorang bernama Ryan. Semenjak ia menginap di Rumah Binaan (Rumbi)  Dompet Dhuafa Singgalang, saya kerap mendengar namanya di sebut-sebut di lingkungan kantor.

Saya mendengar celetuk Amil yang berkata kira-kira begini; 'Semenjak ada ibu Ryan nginap, Rumbi jadi lebih kinclong,' Ah, semakin menggebu hasrat saya untuk bertemu dengan Ryan dan ibunya.
Akhirnya pada Selasa (9/8) saya berhasil menemuinya. Kami bertemu tepat di depan gedung Rumah Sakit M. Djamil Padang. Ternyata, Ryan sehabis operasi amputasi kaki.

Awal Pertemuan
Ryan adalah mustahik Dompet Dhuafa Singgalang  asal Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok. Saya kenal baik Ryan dan ibunya semenjak April 2015 silam. Telah banyak tulisan tentangnya yang saya naikkan ke media, tentang perjalanan perjuangan ia dan Sang Ibu menjemput kesembuhan.
Dompet Dhuafa dipertemukan dengan Ryan, yang bernama lengkap Afriansyah (14), saat ia dan sang ibu, Nurbaiti (40), kebingungan mencari penginapan di Jakarta. Saat itu, ia dalam tahap awal pengobatan tumor -bernama ilmiah Neurofibromatosis- yang menjangkit area lutut hingga telapak kakinya. Tumor ini menuntut harus segera dioperasi. Singkat cerita, akhirnya Ryan dan sang ibu menginap di shelter Dompet Dhuafa di Jakarta, tak jauh dari Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM), tempat rujukan operasi Ryan.

Amputasi Kaki dan Mata Mengabur
Setelah melewati empat kali operasi, Ryan harus merelakan kaki kirinya diamputasi pada Maret 2015 lalu. Sebagian besar tubuhnya telah menerima efek buruk dari tumor ini, terutama di bagian Bagian kaki dan punggung Rian. Telapak kaki dan punggungnya terlihat bengkak dan menonjol karena tulangnya yang remuk dari dalam mendesak ke kulit. Tumor ini telah merusak sistem kekebalan tubuh Rian, menyebabkan kerangka bagian tubuh sebelah kirinya rusak dan merapuh. Mulai dari ujung kaki hingga bawah lutut, ia ikhlaskan agar virus tidak semakin menjangkit anggota tubuh lainnya.
Mata kirinya turut menerima efek dari penyakit ini. Ia nyaris tidak bisa melihat. Oleh dokter, ia diterapi dengan kacamata khusus agar keburaman pandangannya dapat membaik.
Meski ikhlas menguatkan diri untuk menghadapi operasi dengan pandagan mata sebelah kiri yang mengabur, Rian masih memerlukan penanganan khusus untuk tonjolan di kerangka tulang punggung akibat tumor yang ia derita.
Pihak Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta, tempat Rian dirujuk, mengharuskan Rian untuk mengenakan korset khusus sebelum dan selama proses operasi Rian nantinya.
Namun biaya yang diperlukan tidak sedikit. korset khusus ini membutuhkan biaya sebesar 3,5 juta. Korset ini sangat diperlukan untuk menahan tulang punggung dan pinggul Rian agar tidak remuk selama melakukan operasi.
Lagi-lagi Rian harus menunggu, entah bagaimana ia bisa mendapat biaya sebesar itu. Selama ini Rian mengandalkan tanggungan biaya dari BPJS. Namun untuk korset ini, BPJS tidak bisa memenuhi tanggungan pembiayaan untuk Rian.

Kepulangan
Sekitar setahun menginap di shelter Dompet Dhuafa Jakarta, Ryan ingin pulang dan meneruskan pendidikannya yang terhenti tepat saat ia duduk di kelas VI (saat dimana ia akan menghadapi ujian akhir sekolah) bangku Sekolah Dasar (SD).
"Rian ingin pulang, mau ikut ujian sekolah," ungkapnya polos. Rian berangkat dengan bus dari Jakarta pada pertengahan lalu, dan tiba di Solok pada Rabu (30/3) dengan selamat.
Oleh donatur, Ryan juga dihadiahkan kaki palsu, untuk menopang kaki kirinya yang diamputasi, agar dia bisa bergerak bebas. Namun sayang, pada kenyataannya kaki palsu ini kurang fungsional, mengingat tulangnya yang rapuh, tulang panggulnya tak sanggup menahan beban tubuhnya.

Lulus di Salah Satu Sekolah Favorit
Ryan akhirnya mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) di sekolahnya. Ungkap ibunya, guru-guru mengaku bangga dengan nilai ujian sekolahnya. Padahal satu tahun telah berlalu, namun ia masih bisa menyelesaikan ujian sekolah dengan baik.
Meski ijazahnya belum keluar, Ryan dinyatakan lulus saat mendaftarkan diri di salah satu sekolah Favorit di daerah Singkarak, SMP N 1 Singkarak. "Guru-gurunya sangat bangga mendengar kabar ini, berharap Ryan bisa melanjutkan sekolahnya," seloroh Sang Ibu.

Kembali Memburuk
Tepat saat hendak mendaftar ulang di SMP N 1 Singkarak, tanpa sengaja Ryan terjatuh. Bagian kaki yang sebelumnya diamputasi menghempas aspal. Semenjak itu Ryan merasa sakit hingga ke pinggulnya.
Ryan dibawa ke RS M. Djamil Padang pada akhir Agustus 2016. Ia menginap di Rumah Binaan Dompet Dhuafa Singgalang semenjak Minggu (31/7) hingga sekarang.
Tepat kemarin, Selasa (2/8), Ryan kembali terbaring di RS. Ternyata tumor yang menyerang sistem tubuh Ryan adalan tumor ganas. Tubuh Ryan peka terhadap tumbukan. Bagian kaki yang terhempas, ternyata mengalami patahan tulan di ujung (bekas amputasi sebelumnya). Bagian tersebut segera di amputasi. Sementara bagian paha hingga pinggul sudah membengkak besar. Selanjutnya pihak dokter meminta Ryan agar dirawat inap untuk amputasi lanjutan yang mengangkat bagian paha kiri hingga pinggulnya.

 Berawal dari Pelajaran Kesabaran Sang Ibu
Seusai amputasi, Ryan dan Ibunya menunggu jemputan Tim Dompet Dhuafa Singgalang di beranda Rumah Sakit. Saya, saat itu datang mengendarai motor, mendahului tim yang hendak jemputan yang akan mengantar Ryan dan Sang Ibu untuk beistirahat di Rumbi.

Awalnya saya hendak sedikit bertanya-tanya tentang kebutuhan Ryan dan Sang Ibu, terkait ada donatur yang ingin berdonasi untuk pembuatan korset khusus penopang pinggul Ryan. Saat saya bertanya bagaimana kelanjutan pengobatan dan pembuatan korset di Jakarta, Ryan dan Sang Ibu menolak,
"Saya berharap kelanjutan pengobatan Ryan di Padang saja, mengingat tubuh Ryan sangat rentan perjalanan jauh cukup menyulitkannya. Alhamdulillah penanganan di Padang baik, dan untuk korset sepertinya tidak usah saja, karena gambaran dari dokter, korset tersebut hanya akan menyangga tulang Ryan, tentu akan sakit dan menyebabkan Ryan sulit beraktivitas," dengan rendah hati, Ibu Nurbaiti menangguhkan pembuatan korset khusus tersebut.

Saat ditanya bagaimana awal penyakit ini mulai menggerogoti tubuh Ryan, Ibu Nurbaiti kembali mengenang kejadian saat Ryan dalam suasana mengaji di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) di dekat rumahnya. Ryan, yang saat itu telah berstatus anak yatim, seringkali menjadi bahan olokan oleh teman-temannya.
Ejekan tersebut tak pernah digubris oleh Ryan. Ibu Nurbaiti selalu menanamkan kesabaran di hati Ryan. "Sabar nak, jika ada teman yang menyakiti, tak perlu dibalas, cukup dihindari agar engkau tak sakit hati," kenang sang Ibu.

Namun kesabaran Ryan membuat temannya jengkel. Tepat saat suasana hujan di depan kelas mengaji, Ryan dihadang tiga temannya. Ryan tak bisa mengelak, entah terpeleset didorong atau karena lantai yang licin, Ryan terjatuh saat berbalik menghindar. Ryan tak bisa bangun saat itu. Oleh guru mengaji, Ryan dibawa ke salah satu tukang pijat.

Dua bulan berlalau, Ryan tak merasa ada yang aneh pada kakinya. Ada benjolan kecil didapati dibawah lutut. Awalnya diduga benjolan biasa, beberapa waktu kemudian, barulah didapati saat diperiksa ke dokter, tumbukan tersebut menyebabkan tumor di kakinya.

Sesal Ibu Ryan atas Pelajaran Sabarnya
Beberapa waktu berlalu, Ryan bermain ditemani sepupunya. "Waktu itu ia menonton orang main bola di lapangan," lanjut Ibu Nurbaiti. Ia kembali dijahili temannya. Tanpa sebab, punggung Ryan dipukul, dan memancing amarah sang sepupu.
Sedangkan Ryan hanya melerai keduanya. Bisa saja saat itu Ryan dan keluarga menuntut pertanggungjawaban kejahilan temannya, yang menyebabkan tulang dipunggungnya terstimulus tumor sampai sekarang. Namun ia dan sang ibu memilih ikhlas.
"Saya merasa sedikit menyesal saat itu, atas pelajaran sabar yang saya tanamkan padanya, akhirnya Ryan malah menerima semua perlakuan seperti itu," tutur Ibu Nurbaiti terbata-bata.

Kekuatan Sabar dari Ryan untuk Sang Ibu
Ibu Ryan kerap sedih mengingat nasib sang putra pertama. Meski tabah dengan ujian yang diberi Allah ini, tak jarang ia merasa menyesal telah mengajarkan kesabaran bagi Ryan.
"Ma, Ryan nggak apa-apa kok, Ama jangan sedih terus. Kalau Ama sampai sakit gara-gara nangis terus, nanti yang rawat Ryan siapa?" dengan polos Ryan selalu menenangkan Ibu Nurbaiti setiap kali bersedih.
"Hanya sekali saja Ryan mengungkapkan kesedihannya kepada saya, ketika sehabis amputasi pertama, saat bangun ketika itu di ruangan RS ada kaca, ia melihat langsung tungkai kaki sebelah kirinya sudah tak ada, ia berkata kepada saya 'ma, apa mungkin Ryan bisa kuat dengan kondisi seperti ini?' sontak saat itu saya menangis, tak pernah saya dengar dia mengeluh ataupun bersedih sebelumnya, namun benar-benar hanya kali itu, setelahnya, Ryan-lah yang selalu menguatkan  saya," Ibu Nurbaiti mengusap matanya yang mulai basah.

Sabar adalah Kekuatan Tanpa Batas
Tak ada waktu untuk mengeluh, tak ada waktu untuk bersedih. Ryan akan menghadapi amputasi lanjutan. Ibu Nurbaiti dan Ryan menyatakan bahwa ini adalah kehendak Allah. meski dokter berkata tumor ini telah menjangkit ke seluruh tubuh Ryan, tapi masih ada waktu untuk ikhtiar dan berusaha menjemput kesembuhan.
"Selalu ada sanak saudara, keluarga besar Dompet Dhuafa, tetangga, mitra dan donatur yang memberi kemudahan bagi keluarga kami," senyum dibibir Ibu Nurbaiti kembali merekah.

"Yan, masih lanjut sekolah, kan?" saya menggodanya yang saat itu duduk manis di kursi roda menunggu jemputan tim.

"Iya dong kak, kalau udah boleh sekolah, Ryan mau sekolah lagi," tuturnya cengengesan. Melihat senyumnya, saya tak kuasa menahan haru. Saya benar-benar jatuh cinta dengan perjalanan hidupnya. (nisa)

Selasa, 26 April 2016

Dua Titik Kecil

Tulisan ini terinspirasi dari kisah salah satu user tentang pengalamannya saat interview kerja secara berkelompok di suatu perusahaan.

Para calon karyawan yang di interview dihadapkan pada sebuah papan tulis, dimana pada papan tersebut terdapat selembar kertas dengan gambaran titik hitam di dalamnya.

Lalu, sang interviewer meminta masing-masing calon karyawan menjelaskan apa yang mereka lihat pada papan tersebut, dengan ketentuan; tidak boleh ada peserta yang menjawab dengan pernyataan serupa.

Jawaban yang muncul berbagai versi, ada yang menjawab titik hitam, noda hitam, dan bulatan hitam. Dan pada saat giliran calon teakhir untuk memberi jawaban, ia berusaha keras untuk mencari sinonim lain yang mendekati jawaban-jawaban sebelumnya.

Namun ia tak menemukan padanan kata yang pas. Bingung didesak sang Interviewer, akhirnya ia menjawab dengan versi berbeda, "Selembar Kertas". Jawaban yang akhirnya membawa ia berhasil lolos menjadi salah satu karyawan di Perusahaan tersebut.

"Inilah sosok karyawan yang kami cari, karyawan yang melihat sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas," begitu penjelasan sang Interviewer.

Begitupun pada realisasi kehidupan, akan selalu ada orang yang hanya mampu melihat kita dari dua titik kecil tersebut.
Contohnya di dunia kerja, ada masa dimana seorang pekerja dipandang sebelah mata, diremehkan atas kekurangan, di caci atas kekurangan/kekeliruan kecil yang ia lakukan dalam karyanya, tanpa memandang kertas putih, atau potensi besar yang sebenarnya ia miliki, serta usaha yang telah ia lakukan selama berkarir.

Akan menjadi lebih indah, apabila terdapat sikap toleransi dan saling menghargai setiap usaha dan jerih payah yang telah diusahakan setiap orang, dengan membuka mata lebih lebar, peka terhadap keterbatasan dan kendala yang mereka hadapi. Juga dibutuhkan sikap bijaksana dalam mengemukakan pendapat dan masukan, sehingga terjalin ukhuwah yang lebih sehat. (*)

Jumat, 15 Januari 2016

Cahaya di Balik Kabut

Tanpa sengaja, lewat media sosial Instagram, saya diperkenalkan dengan perjalan hijrah salah satu User, sebut saja 165. Saat itu saya terenyuh membaca kisahnya, dengan semangat menggebu, ia membanggakan kisah kelamnya di masa lalu. Betapa ia mencap ‘sampahnya’ dia dan lingkungannya.
Kenapa ia bangga? Seharusnya saya yang merasa lebih bangga, terdidik dalam lingkungan Islam sedari lahir.

Ya. Sayapun mengaku iri kepadanya. Andaikan, saya bukan terlahir muslim, apa saya akan mau mengejar iman? Wallahualam.

Tepat ditengah kehancuran umat Islam di masa sekarang, mental yang bobrok, perpolitikan yang kacau balau, generasi yang rusak, ia mengaku terlahir rusak. Namun dititik terendahnya itulah ia menemukan harapan.
Secercah cahaya baik yang dipantulkan dari ‘Pemuda yang tak perlu disebutkan namanya’, mendaur ulang 'sampah' ini menjadi bermakna.

“Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat untuk orang lain.”

Pemuda ini bukan berasal dari latar belakang agama. Ia mengumpulkan para remaja yang terperosok ini menjadi sekelompok remaja yang terdidik meski bukan dalam lingkup pesantren.

Merangkul mereka untuk mempelajari tentang ilmu agama sebagai pondasi hidup baginya, agar tidak terjerumus nantinya, agar bisa berguna bagi dirinya, keluarga, oranglain, dan agama.

Dengan keminiman dan keterbatasan ilmu agamanya dia berusaha mengamalkannya agar berguna untuk orang lain. Bukan tanpa halangan baginya dalam menjalani niatnya,selalu ada saja halangan untuk niat baik. Dengan bermacam halangan dia terus berusaha, menurut dia halangan adalah tantangan yang harus dilewati untuk membuat kita menjadi lebih dewasa lagi. Dari sekian banyaknya cobaan yang dilaluinya dari dalam diri dan orang lain, pemuda itu hampir saja berputus asa karena banyak orang yang menilai bahwa pemuda itu punya niat yang hanya untuk kepentingan pribadinya.

Namun pemuda itu berubah pikiran dan semangat untuk terus maju dengan niat baiknya walaupun banyak orang lain yang mengahadangnya, entah karena orang lain itu sirik atau entah karena orang lain itu merasa terganggu dengan banyaknya para remaja yang dirangkul oleh pemuda itu. Saat keheningan  malam dia bersujud dan menadahkan tangan seraya berdo’a pada Yang Maha Kuasa, seiring dengan tetesan air mata agar diberi kekuatan dan kemudahan dalam menjalani niatnya.

Setelah pemuda itu berhasil merangkul para remaja, pemuda itu pun membentuk suatu perkumpulan dengan tujuan untuk membentengi keyakinan para remaja agar tidak terbawa arus perubahan zaman saat ini yang telah banyak keluar dari norma-norma agama. Bukan hanya keyakinan yang harus diperkokoh, lalu pemuda itu membimbing para remaja agar bisa menyikapi kehidupan ini dengan lebih sabar dan berprasangka baik atas takdir Allah, agar menjadi manusia yang sabar, sadar, dan ikhlas atas semua ujian yang dihadapinya. Lalu pemuda itu mengajari para remaja agar tidak tertipu oleh keindahan dunia dan agar tidak salah dalam menjalani menyikapi tujuan hidup.

Dengan adanya sebuah perkumpulan dengan para remaja seorang pemuda itu terus membimbing para remaja agar terus berbuat baik antar sesama manusia. Pemuda itu juga mengajari agar selalu menjaga sholat dan gimana agar sholat itu menjaga ucap, sikap, dan perbutan di keseharian, karena sholat bukan sekedar ritual dari sebuah gerakan tapi suatu ibadah sebagai pembuktian rasa syukur kepada Allah yang harus diterapkan di keseharian. Agar tidak sholat yang ogah-ogahan karena keterpaksaan dan jarang-jarang dan menjadikan sholat suatu kebutuhan dan pembelajaran awal dalam pembentukkan pondasi seseorang, hidup akan sia-sia tanpa melaksanakan sholat dan sholat akan sia-sia ketika kita masih mengikuti hasutan syetan. Dan juga diajarinnya cara membaca Al-Qur’an yang sekarang banyak orang yang sudah melupakan dan malas untuk membaca Al-Qur’an. Walaupun pemuda itu tidak begitu pandai dalam membaca Al-Qur’an tetapi pemuda itu tetap membimbing para remaja itu dengan ilmu yang dia miliki. Pemuda itu berharap agar para remaja itu dapat membaca Al-Qur’an . Pemuda itu terus berusaha agar para remaja mau membiasakan untuk membaca Al-Qur’an setiap hari walaupun hanya satu ayat. Dia pun mengatakan kepada para remaja “jangan membaca Al-qur’an diwaktu sempat doang,tetapi sempat-sempatin untuk membaca Al-Qur’an”.

Dan juga adab terhadap orang tua, guru, dan orang lain agar kita selalu menghormati, patuh, taat, dan lembut dalam bertutur kata kepada orang tua dan guru dan menghargai terhadap sesama.

Hari demi hari pun dilewati oleh pemuda itu dengan penuh semangat dan keyakinan dalam menghadapi masalah yang selalu silih berganti menimpa dirinya. Setelah sekian lama berkumpul dengan para remaja, akhirnya para remaja membuktikan dengan mengamalkan ilmu yang telah diajari oleh pemuda itu. Dengan rasa bangga pemuda itu hanya bisa terharu karena ilmu yang telah diajarkannya dapat diamalkan dengan baik, walaupun kadang ia masih suka bersedih karena dari beberapa remaja masih belum dapat mengamalkan ilmu yang telah diajarakannya. Kadang ia masih merasa kecewa terhadap para remaja, karena para remaja terkadang masih berbuat salah, namun pemuda dengan penuh semangat untuk mengkokohkan keimanan para remaja agar tidak berbuat salah kembali

Setiap malam minggu tiba para remaja berkumpul dan berkonvoi menggunakan kendaraan bermotor, yang bermaksud bukan ingin bersenang-senang dan bergembira ria yang sering dilakuakan para remaja pada umumnya. Namun ia berkumpul untuk mengikuti Majelis Dzikir yang dipimpim oleh gurunya pemuda tersebut yang mereka menyebutnya dengan panggilan Pak Ustadz, dengan setibanya disana para remaja pun mendapatkan bimbingan langsung dari Pak Ustadz, untuk memperbaiki ketauhidan kita kepada Allah dan akhlak kita terhadap sesama agar menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya agar dapat bermanfaat untuk orang lain.

Para remaja pun akhirnya sedikit demi sedikit telah berubah pola fikir dan keyakinanya untuk menjalani kehidupan ini, walaupun keimanan para remaja masih suka naik turun namun seorang pemuda itu mengawasinya dari kejauhan agar para remaja tidak terjebak oleh dirinya sendiri.

Siang malam pun silih berganti ditiap waktunya, tatkala pagi hari tiba pemuda itu pun tertidur karena malam harinya ia lakukan untuk menuntut ilmu agama dan beribadah hingga waktu shubuh tiba setelah ia menunaikan sholat shubuh ia pun baru memulai istirahatnya. Disini pun kesabaran pemuda itu diuji karena banyak orang yang megira bahwa pemuda ini kerjaan hanya tidur, tidur, dan tidur bahkan dari keluarganya sendiri pun mengira seperti itu. Memang sudah hampir setahun pemuda itu mengundurkan diri dari dunia, bukannya pemuda itu belum ingin bekerja atau malas untuk bekerja tetapi pemuda itu ingin fokus untuk agama.


Bahkan titel duniawi diabaikan, karena titel bukan hal yang untuk dibanggakan, tapi untuk ditanggung jawabkan. Tak sedikit orang yang tidak memahami niat baik pemuda itu, karena pemuda itu sering sekali difitnah oleh orang-orang yang tidak memahaminya.


Pemuda itu hanya bisa sabar atas ujian yang menimpa dirinya, dan tetap beribadah seperti biasanya. Ia pun tak memperdulikan orang-orang yang membencinya ia malah termotivasi dengan adanya ujian yang seperti itu, bahkan pemuda tetap kelihatan tenang dalam menghadapi ujian yang seperti itu, semua cacian dan hinaan hanya dibalas dengan diam dan senyuman. Pemuda itu pun hanya bisa mengadu disetiap do’annya, ia tetap bersabar dan yakin bahwa suatu saat dia akan merasakan sebuah kenikmatan walaupun pada saat ini ia sedang merasakan kesusahan yang dialaminya.


Dengan keteguhan hatinya, dia tetap menjalani dengan apa yang diyakininya walaupun ada saja pembicaraan di luar sana yang tidak mengenakkan. Pemuda itu beranggapan ujian yang susah untuk dilewati adalah ujian yang berasal dari keluarganya sendiri dan dia juga akan terus berperang dengan musuh-musuh Allah, terutama musuh yang ada di dirinya sendiri hingga ajal menjemputnya. Setiap hari pun pemuda itu tetap berusaha untuk memperbaiki dirinya sendiri, pemuda itu sering kali terjatuh dalam menghadapi masalahnya namun pemuda itu dapat bangkit kembali dari kegagalan tersebut.

Dia pun tetap berusaha untuk sabar walaupun dia selalu merasakan di dalam hatinya selalu terjadi pertempuran sehingga dia merasakan betapa sakitnya dikala sedang berusaha untuk bersabar, namun dia akan terus berusah sabar dalam situasi apapun. Dia juga beranggapan dunia itu emang masalah jadi sudah biasa kalau kita hidup di dunia selalu penuh dengan masalah, karena masalah itu untuk dihadapi dan bukan untuk dihindari. Dengan adanya masalah dia pun merasa menjadi lebih dewasa lagi karena dia mampu menghadapinnya dengan kesabaran dan hanya ada dua orang yang tidak akan kena masalah yaitu orang gila dan orang mati, jadi kalau kita mau terhindar dari masalah kita tinggal pilih salah satu dari dua pilhan tersebut. Dia pun beranggapan seperti itu .


Pemuda itu juga akan terus berusaha seperti “air” karena banyak pelajaran yang diambil dari air. Air pun dapat menghancurkan batu dengan sabar walaupun hanya dengan setetes demi setetes, begitu juga kita harus lebih bersabar dalam mengahadapi masalah. Air juga terus mengalir walaupun banyak batu yang selalu menghadangnya, begitu juga kita harus terus menjalankan sebuah kehidupan walaupun ada saja hadangan yang harus kita lewati. Dan masih banyak lagi pelajaran yang kita ambil dari air tersebut, semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari air tersebut .


Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, seiring pula dengan menipisnya keimanan manusia sehingga mudah tergelincir oleh ambisi duniawi, karena beranggapan harta dan tahta penyebab kebehagaian semata, disitulah letak kesalahan. Dengan ambisi mencari duniawi sehingga melalaikan norma-norma agama, telah banyak kita lihat betapa banyaknya manusia lebih mengedepankan atau mementingkan cita-cita duniawi dengan melupakan syari’at agama bahkan sampai merusak aqidah sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai cita-cita duniawi.

Siapakah yang lebih sampah?

Saya telahir muslim. Tak serta merta membuahkan keimanan instan di diri saya. Begitupun 165. Tapi ia, yang mengaku ‘sampah’ menemukan jalan yang lebih baik dari saya.

Seumpama, saya yang mencari aman dengan tidak melakukan apa-apa, sementara 165, jatuh bangun menjalani keburukan yang menghantar ia kepada jalan yang benar? Tentu ia lebih mulia. Dibanding kepengecutan saya yang tak berani mengubah dunia. Sungguh, diri saya lebih sampah dibanding dia.

Saya sangat berharap, dari kisah yang ia ungkapkan kepada saya akan mampu mengubah dunia terutama khususnya bagi saya sendiri. Dan semoga istiqomah senantiasa menjadi bagian yang tak lepas bagi 165 dan ‘Sang Pemuda’ beserta kelompok remaja ini. 

Biarkan kabut tetap menutupi kesungguhan kalian, biarkan kelak dunia sendir yang menyibak kabut ini, dan menyadari betapa sesungguhnya dibalik kabut terdapat cahaya lugu yang menyinari dunia. (165/@nisachaau)


Senin, 14 Desember 2015

Keutamaan dan Keberkahan Hari Senin dan Kamis

Oleh
Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i
(Al-Manhaj)

Di antara keutamaan dan keberkahannya, bahwa pintu-pintu Surga dibuka pada dua hari tersebut, yaitu Senin dan Kamis. Pada saat inilah orang-orang Mukmin diampuni, kecuali dua orang Mukmin yang sedang bermusuhan. Dalil yang menguatkan hal ini adalah hadits yang termaktub dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا."

"Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. [1] Lalu dikatakan, ‘Tundalah [2] pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengam-punan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai.” [3]

Keutamaan dan keberkahan berikutnya, bahwa amal-amal manusia diperiksa di hadapan Allah Tabaaraka wa Ta’aalaa pada kedua hari ini. Sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

"تُعْرَضُ أَعْمَالُ النَّاسِ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّتَيْنِ يَوْمَ اْلاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ إِلاَّ عَبْدًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ."

“Amal-amal manusia diperiksa di hadapan Allah dalam setiap pekan (Jumu’ah) dua kali, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang beriman terampuni dosanya, kecuali seorang hamba yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan...” [Al-Hadits] [4]

Karena itu, selayaknya bagi seorang Muslim untuk menjauhkan diri dari memusuhi saudaranya sesama Muslim, atau memutuskan hubungan dengannya, ataupun tidak memperdulikannya dan sifat-sifat tercela lainnya, sehingga kebaikan yang besar dari Allah Ta’ala ini tidak luput darinya.

2. Keutamaan hari Senin dan Kamis yang lainnya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat antusias berpuasa pada kedua hari ini.
Sebagaimana yang terdapat dalam sebagian kitab hadits dari ‘Aisyah Rahiyallahu anhuma, ia mengatakan,

"كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ."

”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat antusias dan bersungguh-sungguh dalam melakukan puasa pada hari Senin dan Kamis ”.[5]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan alasan puasanya pada kedua hari ini dengan sabdanya,

"تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ."

“Amal-amal manusia diperiksa pada setip hari Senin dan Kamis, maka aku menyukai amal perbuatanku diperiksa sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” [HR. At-Tirmidzi dan lainnya] [6]

Dan dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Qatadah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari Senin, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

"ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ."

“Hari tersebut merupakan hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkannya al-Qur-an kepadaku pada hari tersebut.” [7]

Ash-Shan’ani rahimahullah berkata, “Dan tidak ada kontradiksi antara dua alasan tersebut.” [8]

Berdasarkan argumentasi dari hadits-hadits ini, maka disunnahkan bagi seorang Muslim untuk berpuasa pada dua hari ini, sebagai puasa tathawwu’ (sunnah).

3. Keutamaan lain yang dimiliki hari Kamis, bahwa kebanyakan perjalanan (safar) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terjadi pada hari Kamis ini.
Beliau menyukai keluar untuk bepergian pada hari Kamis. Sebagaimana tercantum dalam Shahih al-Bukhari bahwa Ka’ab bin Malik Radhiyallahu anhu mengatakan:

"لَقَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ إِذَا خَرَجَ فِي سَفَرٍ إِلاَّ يَوْمَ الْخَمِيْسِ."

“Sangat jarang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar (untuk melakukan perjalanan) kecuali pada hari Kamis.”
Dalam riwayat lain yang juga dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu anhu:

"أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ فِي غَزْوَةِ تَبُوْكَ وَكَانَ يُحِبُّ أَنْ يَخْرُجَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ."

“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada hari Kamis di peperangan Tabuk, dan (memang) beliau suka keluar (untuk melakukan perjalanan) pada hari Kamis.” [9]

[Disalin dari buku At Tabaruk Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu, Judul dalam Bahasa Indonesia Amalan Dan Waktu Yang Diberkahi, Penulis Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. An-Nihaayah karya Ibnul Atsir (IV/449).
[2]. Maksudnya, akhirkanlah keduanya. Syarhun Nawawi li Shahiihi Muslim (XVI/123)
[3]. Shahih Muslim (IV/1987) Kitabul Birr was Sihilah wal Aadaab.
[4]. Shahih Muslim (IV/1988) Kitabul Birr was Shilah wal Aadaab.
[5]. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmudzi dalam Sunannya (III/121) Kitabush Shaum, an-Nasa-i dalam Sunannya (IV/202) Kitaabush Shaum, Ibnu Majah dalam Sunannya (I/553) Kitaabush Shiyaam dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (VI/106).
[6]. Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunannya (III/122) Kitaabus Shaum bab Maa Jaa’a fii Shaum Yaumil Itsnain wal Khamiis dari Abu Hura-irah. At-Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini Hasan Gharib.” Namun menurut Abu Dawud hadits ini memiliki syahid (penguat). Lihat Sunan Abi Dawud Ma’a Badzlil Majhuud (XI/304) Kitabush Shaum bab Shaum Yaumil Itsnain wal Khamiis.
[7]. Ini merupakan bagian dari hadits Abu Qatadah al-Anshari Radhiyallahu anhu yang diriwa-yatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya (II/819) Kitaabush Shiyaam.
[8]. Lihat Subulus Salaam, karya ash-Shan’ani (II/330).
[9]. Shahih al-Bukhari (IV/6) Kitaabul Jihad was Sair.

Minggu, 14 September 2014

Gadget and Us ( REBORN : Part 2 )


“Ada kalanya aku lari dari duniaku. Berhenti disudut gelapku. Aku me-reset  segala nyamanku. Bukan karna ku benci, tapi untuk mengerti apa aku tanpa mereka. Untuk mengerti ada Dzat lain yang mencatat keterlenaanku dengan nyamanku itu.

Ada kalanya ku diam. Menjauh enggan bicara dengan manusia. Bukan karna ku benci, aku takut berkata-kata sia-sia, membuat luka yang tak ku tau perihnya. Dan jika yang ingin ku ungkap adalah indah, aku yakin ada waktunya dimana aku bisa mengungkapkan semua dengan lugu, meski waktu yang kutunggu itu letaknya di dimensi yang berbeda.

Ada kalanya aku menutup mata. Aku tak ingin melihat indah sekitarku. Karna ku tau 2 mata ini sepasang pendosa. Yang membawaku pada pemandangan tanpa hati. Hanya bisa kusaksikan. Tanpa aku rasakan dibalik indah itu mungkin ada pilu yang dikaburkan. Aku ingin memandang dengan hati, bukan mata.

Ada kalanya aku tuli. Menutup telinga dari merdu. Sesekali menajamkan pendengaran akan bisikan kecil parau yang ternyata menyelamatkanku dari celakaku.

Ada kalanya aku nanar. Enggan tersenyum pun menangis. Karna aku tau, ia tak selamanya melekat. Berganti sesuai nuansanya. Dan aku tak ingin sekelilingku memaksaku merasakan nuansa itu. Aku ingin, alasanku tersenyum dan menangis, hanya datang dari Penguasaku.

Ada kalanya aku menangis. Tanpa sakit, tanpa luka. Diantara bahagia aku takut, hanya menikmati yang tersedia. Tanpa pengabdian apa-apa.

Ada kalanya aku bahagia. Dalam rindu dan penantian, dalam sesaknya gapaian tanganku yang tak terjamah, dalam siksa dan konfrontasi. Aku bahagia melihat puing-puing ku  berserak berantakan. Saat memungut mereka aku mengerti mereka berharga.  Dan belajar memoles mereka lebih baik lagi."

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

YEAAYYY…!!! IT’S SUNDAY, RIGHT??


Its time to writing on the airrr……. :D
nanana~


Haha. Beberapa waktu lalu saya membahas tentang ‘Kita dan Gadget’ yang penulisannya belum kelar -_-. Berhubung vakansi yang tersedia ini saya cobaaa menyelesaikannya biar tulisan saya sesuai dengan target yang telah saya tujukan. :D *bahasanya terdengar berbelit-belit ya -__-

Langsung saja >>>  Bagaimana pola kita untuk memanfaatkan gadget kita? Seperti 3 poin yang sering jadi patokan yang telah dibahas sebelumnya, dan diibaratkan ke kehidupan kita,

Poin 1,  “Ah..utak-atik aja.. ntar bisa sendiri.. “

Poin 2, “Ngikut yang lain make nya gimana ajaaa.. kan udah banyak contohnyaa…”

Poin 3, “Intip dikit deh petunjuknya..”

Kebanyakan dari kita mungkin menjalani hidup seperti poin 1 dan 2.. berasumsi bahwa kita terlahir ya untuk menikmati dunia, menjalani hidup, jalani apa yang ada seperti air mengalir.  Pertanyaannya adalah : Kenapa begitu? Hidup itu singkat, ya harusnya dinikmati, jangan dibikin ribet. Hmm.. bukannya karena hidup itu singkat harusnya kita benar2 memperhatikan rambu-rambunya ya? Benar-benar serius karna waktu yang dikasih sangat terbatas.

Seperti seorang marketing yang disuruh bos nya harus bisa melakukan penjualan dalam tenggat waktu sekian hari, kalo si Marketing ini Cuma menjalani hari tanpa berusaha sungguh-sungguh pasti pendapatanya sulit buat mencapai target. Tapi, jika ia sungguh-sungguh mempelajari metode penjualan yang baik, keuntungan dan target yang ia patok pasti jauh lebih baik. 

Begitu juga kita, jika kita serius menghadapi dunia dan menjadikan akhirat sebagai tujuan kita, kita pasti takut berbuat kesalahan dan memanfaatkan waktu yang disediakan semaksimal mungkin.Dan banyak dari kita juga Cuma ‘meniru cara orang lain’. Apa yang menurut kita hebat dilakukan orang lain, tak peduli itu sebenarnya salah atau benar, kita tetap menirukan karna menurut kita ‘hebat’. Padahal belum tentu apa yang kita tiru memberikan manfaat, dan kadang hanya membekaskan mudharat.

Begitulah sebaiknya saya fikir kita perlu membaca ulang buku panduan kita. Yang sebenarnya kita harus sudah menerapkanya sedari kita mulai balig berakal. Penulis sendiri juga salah satu yang terlambat. Benar bahwa bicara lebih gampang daripada perwujudan. Namun jika ‘berbicara’ adalah buah dari niat, semoga saja niat kita diluruskan untuk penerapan yang maksimal dalam kebaikan. Insha ALLAH.

Minggu, 31 Agustus 2014

USER MANUAL BOOK, Gadget and Us ( REBORN : Part 1 )


PRELUDE - Fyuuu~~ Setelah berbulan-bulan  mati suri dari segala aktivitas bersama Notu ( baca : Notu itu nama notebook kesayangan saya ) mulai dari nonton, menggambar,  internet, googling, blogging, serta lenyapnya saya dari beberapa akun media sosial yang mebuat beberapa sahabat turun tangan dan menyebarkan selebaran yang berbunyi “WANTED : Dead OR Alive” demi menemukan saya yang sempat dicurigai berhubungan dengan kasus penyelundupan kucing dalam karung *Nah lo? Daann akhirnya saya kembali menyempatkan diri menjadi aktivis blog berkat rayuan maut beberapa sahabat yang merindukan coretan  yang saya ekspetasikan lewat jendela  kecil ini *berhubung jari saya udah gatel banget menulis cerita-cerita yang menurut mata saya menarik buat diabadikan* ( Syukroon sahabat :D ). Dan meski benar jari ini terlalu frontal dibanding lisan saya yang selalu surut jika beradu kata, saya harap tulisan ini bisa menjadi sedikit bumbu yang berhasil menyajikan rasa yang membuat kita memaknai hal-hal kecil di sekeliling kita.

Gilaa banyak hal yang ingin saya tulis kali ini, makanya saya bikin jadi part-part kecil yang pastinya nggak sempat saya selesaiin jika ditulis keseluruhan. Karna tempat saya sekarang berisi hal-hal yang benar-benar membuat saya ingin lebih membuka mata hati lebih baik daripada mata kepala yang udah terlalu tinggi minusnya XD

Oke..kenapa coretan saya kali ini saya beri judul seperti diatas?

User Manual Book alias Buku Panduan. Disiini  saya ingin membahas tentang korelasi antara suatu Gadget dengan Buku Petunjuk Pemakaiannya. Jaman sekarang pasti semua tak asing lagi dengan gadget kan J yuk kita bahas tentang penggunaannya. :D

Reborn part 1. Nah lho? Reinkarnasi atau apa ini? Yapp.. Mungkin bagi saya ini semacam reinkarnasi atau terlahirnya kembali. Tentang siapa? Kok pake bagian 1 segala? Harusnya judul ini saya posting bertepatan dengan tanggal kelahiran saya beberapa bulan yang lalu yaitu 26 syawal, dimana banyak paradigma yang ingin saya tulis disini sebagai patokan sendiri bahwa seharusnya tulisan yang kita tulis sendiri, jika itu ilmu seharusnya kita lah yang pertama mengamalkan. Saat itu saya merasa saya baruu saja mau memulai hidup dari semua apa yang telah saya lalui. Dan saat memiliki tekad, kadang kita lemah dalam mewujudkan. Maka tuliskanlah.. dan tekad itu akan menjadi kenyataan. ( Setidaknya akan menjadi cermin bagi kita, jika misalkan kita menulis yang baik-baik, minimal kita jadi malu sendiri kalo kita nggak bisa mencapai kebaikan yang telah kita tulis itu, gituu.. heheh) Tapi berkat kesibukan yang sukses menjauhkan saya dari Notu, dan interpretasi yang belum sebanding antar saya dengan tulisan saya, maka tulisan ini akhirnya disajikan sekarang  jauh dari tanggal target saya tersebut dengan kondisi lusuh dan banyak sarang laba-labanya. Haha.

Wokehh udah kepanjangan aja prelude nya..  XD kembali keee… Your Guide Book..


Manfaatkan buku petunjukmu semaksimal mungkin..


HOREEE.. senangnya yang beli gadget baru. Hape baru. Laptop baru, atau apapun yang baru kita miliki tentu saja kita niat banget untuk merawatnya sebaik mungkin. Kalau perlu, jangan sampai terjamah yang lain takutnya rusak, tergores, padahal kita wanti-wanti banget buat menjaganya dalam kondisi utuh, nggak mungkin kita rela jika orang lain malah mengembalikannya dalam kondisi yang nggak menghilangkan ‘aura ‘ barang baru nya. Ya kan ya? Hhe.

Nah nah.. kalau kita baru aja dapat barang baru, ingin sekali pastinya menguasai dalam penggunaannya dong? Haruslah.. bisa-bisa malu, jika pas ditanya “Cara makainya gimana nih?” atau “Yang ini gimana fungsinya nih?” atau seputar hal lain mengenai kepunyaan kita ini, eh jika ternyata malah kita sendiri yang nggak ngerti masing-masing fungsi dan pengaplikasiannya, Blushing2 pasti.. hehe.

Ceritanya ‘kan barang baru.. hayoo.. share gimana para stuffer dalam pemakaian  pertamanya?? Kita asumsikan saja ini gadget baru yak..
* “Ah..utak-atik aja.. ntar bisa sendiri.. “
* “Ngikut yang lain make nya gimana ajaaa.. kan udah banyak contohnyaa…”
* “Intip dikit deh petunjuknya..”

Yo yoo… gimana..? kebanyakan milih poin keberapa nih..? poin 1 atau 2 kali ya…? J yuk coba kita bahas poin demi poin ini.. hehe

Poin 1,  Kita ingin agar gadget kita itu tetap utuh tanpa ada cela, kan ya? yakin tuh gadget di malpraktekin berdasarkan uji coba semaunya? Kalau rusak ditangan kita sendiri gimana? nyesal kan hayoo..

Poin 2, Coba angkat tangannya yang ikut-ikutan nyontoh orang kebanyakaann J ? beberapa dari kita memang memakai prinsip “belajar dari yang udah berpengalaman”. Standarisasi yang klasik banget. Kita seringnya berpatokan pada orang yang sudah-sudah, kaya si gadget yang jadi lakon bahasan kita kali ini “Woo...semua pada nginstal ini nih, kita juga musti install ni.. gengsi doong kalo aplikasi yang udah booming lama kaya gini aja kita nggak punya” .

Poin 3, yuk intip si buku petunjuk.. Biasanya setiap gadget dilengkapi dengan user manual book alias buku panduan dari pabriknya, malah normalnya wajib ada. Tapi emang dasarnya kita yang suka nganggurin buku panduannya. Ya mana bisa kita tuntut ke perusahaan jika kita sendiri nggak menggunakan buku panduan tersebut sebagai pedoman kita. Padahal pihak pabrikan pastinya udah merancang gadget seakurat mungkin dengan diberi keterangan, kelebihan, kekurangan, petunjuk dan larangan dalam penggunaan gadget pada buku panduan. Ya silahkan pada akhirnya kita harus memperbaiki gadget dengan usaha kita sendiri jika kita nggak mengikuti petunjuknya dengan benar. Ingin di servis? Bongkar? Yang jelaas resiko dan biayanya akan menjadi tanggungan kita sendiri.

Nah dibawain ke diri kita nih. Gadget itu mirip seperti kita.. Nah lho kok..? hubungannya kita sama gadget apaan coba? Nah mari kita lihat korelasinya (meski ini Cuma dari sudut pandang kacamata minus 3 saya ya :P ) :
****

Saat kita hunting gadget. Dan *jleb! Hati kita sudah terpanah asmara oleh gadget idaman kita.

Kita memutuskan buat membeli si gadget. Kita menyatakan siap untuk mengadopsi si gadget lewat surat penyataan berupa lembaran bertulisan angka, dan si produsen pun menitipkan gadget kepada kita setelah kita menyerahkan lembaran tersebut (baca : lembaran yang ada gambar soekarno-hatta nya yaa  XD). Dan tanpa kita sadari, dari sinilah cerita si gadget dimulai… *backsound : drum bertubi-tubi biar dramatis*

Si gadget mulai memmbuka matanya dari lelap sunyi dari dalam  kotak kecil. Dan menyuarakan dari heningnya “engkaulah majikan ku, tuaan” kepada si empunya yang telah membelinya. Semua menjadi kuasa sang majikan. Hidup dan mati ada ditangan si majikan. Si gadget akan melakukan semampunya untuk sang majikan. Dalam batas kesanggupannya. Jika ia tangguh dan sesuai kinerja yang telah tertera pada buku petunjuk, maka ia akan selalu dalam kondisi prima sampai batas umur ketangguhan partikel penyusun gadget itu sendiri. Namun jika semua melampaui kemampuan si gadget, jangan menyesal jika kinerja si gadget memburuk, mudah hang, rentan virus, atau malah rusak sama sekali. ***

Dan kita bawakan kepada insan manusia. Saat kita sebagai manusia difitrahkan lahir ke dunia, tentu saja Allah nggak asal-asalan menciptakan kita. Kita sudah direncanain Allah secara akurat di Lauhul Mahfuz. Nggak ada istilahnya anak sial, anak haram, dan sebagainya istilah yang dibuat-buat sendiri oleh makhluk. ibarat gadget ini, di Lauhul Mahfuz ia menunggu pembeli, menunggu fitrahnya untuk terlahir, jika ia dipandang indah (menyatakan sanggup) ia akan dilahirkan ke muka bumi (dibeli lewat jasad manusia) dan jika ia dipandang lemah (tidak sanggup) maka Allah tetap menyimpannya di Lauhul Mahfuz menjadi benih-benih suci yang hanya Allah sang penyimpan misterinya (Kata dosen saya ketidaksanggupan ini bisa saja berupa bentuk janin yang gugur dari kandungan). Kita yang menyatakan ‘sanggup’ akhirnya terlahir, mulai membuka mata, menangis, memandang dunia, menangis, tanggung jawab apa yang akan kita emban di dunia. Bagi si bayi pria, ia di azan kan. Dan bagi wanita, ia di iqamah kan. (sebelum akhirnya mereka dishalatkan. Wallaahualam.)

Dan harusnya kita sangat sadar, nyawa yang telah menyatakan “indah” dalam kesanggupan ketika jasad kita memilih terlahir, juga disertakan buku petunjuk yang telah dipersiapkan untuk si jasad mengelola nyawa yang telah dititipkan padanya. Buku yang mana itu? Tentu saja Mushaf Al Quran Nul Karim.


Ah, kita nggak minta kok dilahirkan ke dunia, lantas apa fungsi kita di dunia?
 Ibarat Gadget tadi, si produsen pasti punya maksud dan tujuan menciptakan si gadget. Yang bermaksud untuk memperbaiki sistem kehidupan dengan memanfaatkan teknologi gadget ini. Ia dilengkapi dengan fitur-fitur yang mempermudah penggunanya dalam pemakaian. Berawal dari tujuan utama penciptaan gadget ini adalah untuk mempermudah komunikasi, selanjutnya berkembang untuk fungsi pengolahan data, dan bermacam ragam aplikasi penggunaan gadget yang tersedia jaman sekarang Dan banyak aplikasi hiburan yang juga disediakan bebas dipasaran. Dan sesuai dengan selera kita, untuk menginstal aplikasi mana yang kira-kira bermanfaat atau hanya akan memperberat sistem  pada gadget.  Begitu juga halnya dengan manusia, tujuan Sang Pencipta ( ALLAH SWT ) menciptakan kita di bumi tentu juga ada alasannya, salah satunya juga seperti si gadget, yakni peran untuk memperbaiki sistem di dunia. Maksudnya? Yakni sebagai Khalifah di muka bumi ini, seperti yang tertera pada penggalan surat Al Baqarah (2) ayat 30 yang berbunyi :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”  

Khalifah alias pemimpin. Banyak asumsi yang menyimpulkan minimal untuk memimpin diri sendiri. Dan kita tau kenapa kita yang dipilih? Sampai-sampai pada ayat yang sama dijelaskan bahwa para malaikat pun jealous atas keputusan Allah untuk memilih kita sebagai pemimpin. Tidakkah kita merasa bangga akan derjat kita yang ternyata di mata Pencipta kita lebih tinggi dari malaikat?
Oke, sekarang kita tau, tujuan kita adalah untuk memimpin, minimal memimpin diri sendiri. Tapi untuk diapakan atau mau dikemanakan pertanggungjawaban ‘kepemimpinan’ kita itu?
Kita sering berfikir begini :
“Life is so simple, just doing what are u want to do, because life is too short.”

Benarkah sesimpel itu? Atau ada pernyataan lain :
“Why are you so serious to face the world with acting damn mysterious? Just enjoy it.” 

Banyak dari kita yang menilai hidup itu murni adalah ‘kesempatan’ dan hanya ingin melakukan apa yang ingin dilakukan, serta merasakan apa diinginkan, sesuai dengan harapan yang ditanam. Jika difikir ulang pernyataan tersebut menganut azas keegosentrisan yang dalam. Karena terdengar mutlak menjalani hal yang disuka. Dan sebagian lainnya menganggap hidup juga kesempatan, namun untuk ‘mensyukuri’ atas segala hal yang dapat ia lakukan dan rasakan di muka bumi ini.

Jelas ini pengertian yang berbeda. Jika hidup sebatas kesempatan melakukan & menginginkan harapan tadi, tentu manusia takkan hentinya mengejar dunia. Takkan pernah puas memperoleh pencapaiannya selama kesempatan hidup itu masih ada.  Namun jika ia adalah bentuk rasa syukur atas kesempatan untuk melakukan dan merasakan harapan tadi, tentu saja kita akan menjalani hidup secara hati-hati karna rasa syukur tadi lah yang membatasi kita untuk tidak berlaku melampaui batas dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Sang Pencipta kita tadi lewat buku petunjuk-Nya, karena ia tau ‘kesempatan’ tadi memiliki limit, yang mau tak mau memaksa ia harus berbuat hal yang tidak merugikan ia sampai limit tersebut datang, karena setelah itu ia akan menemui dimensi yang lain, dimensi tempat ia mempertanggungjawabkan ‘kesempatan’nya tadi, dimensi yang membuat ia sempurna sebagai makhluk ciptaan  ALLAH.

Seperti tulisan Abu Al-Faraj Ar Ragib Al Aslahani, (yang Quote nya saya curi lewat buku yang nggak sengaja saya baca di pertokoan beberapa waktu lalu *saya anjurkan buat beli tapi ampun lupa judulnyaa -_- ) :

“Perjalanan hidup tak ubahnya seperti ayam. Unggas ini tidak dapat meraih kesempurnaannya kecuali dengan meninggalkan kulit telur yang menjadi tempatnya sebelum menetas. Hidup duniawi adaalah kulit telur manusia. Kematian adalah tangga menuju keabadian, menuju hidup yang tanpa mati.”
Hmm..jadi hakikatnya kita seharusnya malah harus serius menghadapi dunia, bukannya main-main. Bayangkan kalo kita anggap sepele sama dunia (alias cangkang kulit telur tadi) cangkang tersebut nggak kita jaga dengan baik, hingga akhirnya retak, dan malah mungkin pecah, jadilah apa yang akan kita bawa ke akhirat akan lahir secara tak sempurna.

Tapi.. jika benar Al-Qur’an itu adalah buuku panduan kita, bagaimana kita bisa menerapkannya semenjak lahir? Sementara saat terlahir kita tidak memiliki akal yang cukup untuk memahami isi Al Qur’an?
Lupakah kita? Semenjak usia berapa ALLAH mulai memberlakukan perhitungan dosa kita? Itu adalah sebagai bentuk kemudahan yang diberikan Allah bagi kita mengikuti pedoman yang belum bias kita fahami semenjak bayi hingga anak-anak.
Dan disinilah kita menyadari peran Orang Tua.. mereka yang dititipi oleh ALLAH untuk memberi kita penghidupan. Membesarkan dan mendidik kita semenjak lahir, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang dan perlindungan yang amat sangat besar. Untuk ibu, Beliau rela bersusah payah membawa kita dalam betuk janin selama 9 bulan lamanya, menjaga dengan extra hati-hati agar kelak kita terlahir sehat dan sempurna, dan melahirkan kita dengan taruhan antar hidup dan mati. Ayah, beliau lah yang menjaga kita, mencari nafkah hanya untuk memberi kesejahteraan untuk kita, beraneka mainan di masa kecil, perlengkapan sekolah, kebutuhan hidup yang cukup bagi kita.
Orangtua Mengajarkan kita banyak hal didunia, tentang hidup, mengenal benda-benda disekeliling kita, menuntun kita mengenal amalan baik dan buruk. Menjadikan kita manusia yang siap menghadapai kehidupan yang sesungguhnya. Lucu. Disini saya merasa agak lucu. Dan ketika kita telah mengerti tentang dunia, kita mulai berfikir “ayah, ibu..  aku sudah dewasa.. biarkan semua dengan caraku..”. tanpa kita mengerti tuntunan mereka dahulu yang membuat kita ‘berakal’ seperti sekarang. Astagfirullah. Dan selanjutnya saat beranjak dewasa kita mulai menghadapi dunia kita sendiri, bekerja, dan kelak juga membentuk keluarga sendiri. Dan sekali lagi dibagian ini saya merasa lucu. Lihatlah, ternyata pada hakikatnya “orangtua membesarkan kita dengan susah payah hanya untuk dibawa oleh orang lain”. Bukankah itu terdengar miris?
Oke, jangan bahas soal berkeluarga dulu, Bagi ia yang tujuannya saja berdiri di kaki sendiri untuk bekerja alias mencari uang  guna mensejahterakan  ayah ibunya saja kadang masih menyisipkan kesedihan dihati orangtua, “ah..anakku terlalu sibuk bekerja sehingga lupa pada kami yang telah tua”.
Lantas bagaimana dengan mereka yang (maaf) berpacaran? Tidakkah ia merasa itu sebagai pengkhianatan terhadapa orangtua? Perhatian terhadap pacar, apakah sebaik perhatian kita kepada orangtua kita? 
Penulis sendiri hanya bagian dari mereka yang durhaka, yang masih belum dapat mengalahkan keangkuhan dan ego ini untuk berbakti lebih baik kepada orang tua. MasaAllah.

Kembali kepada Al Qur an sebagai pedoman kita, berikutnya saya tertarik dengan buku yang pernah saya baca (D) untuk mengutip ayat yang menjadi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kadang sering kita lontarkan kepada Tuhan untuk menyanggah petunjuk yang sebenarnya sudah disediakan Allah bagi  kita yang berusaha mencari cara untuk menyerah menjalankan buku pedoman kita ini.

“Ya Allah aku bingung dengan hidup yang aku jalani…”
“Bacalah dengan menyebut Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajarkamu dengan perantaraa Kalam,. Dia mengajaarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Al-Alaq 1-5)”
“Apa yang harus dibaca Ya Allah?”
“Kitab Al Qur an ini tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa..(QS Al-Baqarah 2)”
“Petunjuk apa itu Ya Allah?”
“Penyembuh bagi penyakit yang ada didalam dada (QS Yunus 57)
“Tapi seluruh petujuk dalam Al Quran sangat sulit untuk diterapkan”
“Yang demikian itu karena Allah telah menurunkan kitab (AlQuran) dengan membawakebenaran, dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang kebenaran kitab itu, mereka dalam perpecahan yang jauh. (QS Al Baqarah 176)”
“Jadi aku harus menerapkannya secara sempurna?”
“Tidak ada paksaan dalam menganut agama islam. Sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak putus. Allah Maha Mendengaar, Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah 256)”
“Di jaman sekarang susah untuk menerapka islam secara baik”
“Maka kepada ajaran manakah (selain Al Quran) ini mereka akan beriman? (QS Al Mursalat 50)”

Waaa…udah kemalaman ternyata -_- okeyy..part 1 saya akhiri disini.. selanjutnya saya akan mencoba membedah isi  Al Quran lebih banyak lagi :D dengan masih korelasi atara manusia dan gadget. (Maap judulnya sedikit kontra :P
Semoga kita diberi petunjuk oleh Sang Maha Kuasa, Allah Azza Wa Jalla.. Amin…
Bersambung yaa.. :D

Sabtu, 17 Mei 2014

Kisah si Lilin Kecil


“Nyala api si lilin kecil, seketika redup saat kau tiup.. kemanakah apinya pergi..?”

Quote ini terinspirasi  dari narasumber  “D.O.S” yang mengetuk fikiran saya secara paksa pada perjalanan pencarian saya setelah 2 tahun terakhir. Saat pertama kali membaca kutipan tersebut, apa yang terlintas difikiran  anda? Mungkin bayangan anda mengarah pada lilin perayaan momen spesial ulang tahun, atau benda sakral yang menjadi harta karun saat terjadi pemadaman listrik? Hehe..

Yang pertama, mungkin paling banyak mungkin mengarah pada momen peringatan kelahiran, lilin kecil yang identik bertengger pada kue perayaan ulang tahun. Dimana pada saat yang sama suara perayaan berdesakan, memburu untuk segera meniup lilin memperingati umur yang semakin bertambah.
Kembali ke pertanyaan awal, kemanakah apinya pergi saat ditiup..?

*ia menghilang memenuhi takdirnya..*
dan bagaimana kisah si Lilin kecil selanjutnya..?


Quote ini menganalogikan 2 hal, yaitu lilin kecil sebagai jasad, dan api sebagai ruh. Bayangkan saat api tersebut ditiup, seketika ia padam. Begitu juga kita, saat Ruh kita ditiup dari jasad kita, kita hanya tinggal seonggok tulang berbalut daging (D). MashaALLAH. Dan analogi tersebut masih berlanjut dengan pertanyaan “kemana” ia saat ditiup? Ia memenuhi takdirnya untuk pulang, pulang kerumah kita : akhirat..
Bicara soal kematian, mungkin itu sesuatu yang jauh, atau memang sengaja dijauhkan dari fikiran kita. Namun sadar atau tidak setiap helaan nafas kita adalah langkah-langkah kecil menuju kematian itu. Siap tak siap, mau tak mau, kita akan menemuinya.

Lilin perayaan ulang tahun. Saya bergidik sendiri, narasumber maupun kita yang sempat meniup lilin perayaan tersebut, kita lah makhluk yang berperan langsung dalam pemadaman api itu. Ya.. perayaan peringatan kepergian Ruh kita setiap tahunnya.. Astaghfirullah.

Yang Kedua, lilin sebagai harta karun saat pemadaman listrik. Hehe.. Secara teorinya,  umur lilin memang bergantung pada panjangnya (-PWS),dan material lain yang terkandung dalam lilin serta suhu api yang mempengaruhi batas waktu kekekalan lilinnya. Tapi kalo iya iitu ga ada gangguan. Bagaimana kalalu tiba-tiba datang angin kencang yang mencelakakan si Lilin kecil (*elah bahasanya), atau hal-hal yang dengan sengaja membunuh lilin sebelum masa padam nya tercapai? Dan iu semua kembali tegantung kepada Yang Punya kuasa pemiliknya kan (OPW).

Si lilin kecil, memiliki tugas menerangi hal-hal *yang harus ia terangi* saat ia terpilih sebelum jasadnya meleleh dimakan waktu. Lilin kecil cahayanya memang tak begitu benderang, kadang harus kalah dengan sinar yang lain, berusaha tetap menyala saat angin kencang menggoyahkan pertahanannya,  dan mungkin useless sama sekali saat disekitarnya benderang. Tapi ia tetap berusaha bersinar sebelum akhirnya pemadaman tersebut terjadi kepadanya. Pemadaman itu tak memandang usia. Meski si Lilin masih memiliki jasad yang kokoh maupun lemah, jika waktunya tiba, ia harus siap menghadapi pemadaman. Kita lah si Lilin kecil itu, ALLAH memilih untuk meniupkan ruh bagi kita. Agar kita memenuhi takdir kita untuk menerangi hal-hal disekitar kita, sebelum akhirnya kita dipadamkan oleh Sang Pemilik Nyawa. Mampukah kita tegar menghadapi terpaan angin yang kencang sampai waktu tersebut datang? Wallaahualam.***

Rabu, 26 September 2012

Makanan dan Minuman yang membuat daya otak kita Menurun


1. BEKAS BOTOL AIR MINERAL
Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai dan memakai ulang botol plastik (Aqua, VIT, etc) dan menaruhnya di mobil atau di kantor. Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastic botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai di botol2 ini mengandung zat2 karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu, dan harus ditaruh ditempat yang jauh dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air yang memang untuk dipakai ber-ulang2, jangan memakai botol plastik.

2. SATE
Kalau Anda makan sate, jangan lupa makan timun setelahnya. Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker dan mengakibatkan Sel2 pada otak tidak berkembang dan pada akhirnya bsa membuat anda susah berkonsentrasi. Untuk itu kita punya obatnya yaitu timun yang disarankan untuk dimakan setelah makan sate. Karena sate mempunyai zat Karsinogen (penyebab kanker) tetapi timun ternyata punya anti Karsinogen. Jadi jangan lupa makan timun setelah makan sate.

3. UDANG DAN VITAMIN C
Jangan makan udang setelah Anda makan Vitamin C. Karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat keracunan yang fatal dalam hitungan jam. Mengkonsumsi udang dan Vitamin C secara bersamaan dapat mengakibatkan sel2 stimulus OTAk menjadi gampang terganggu,pada akhirnya dapat mengakibatkan Kebodohan dan IQ menjadi Turun.

4. MI INSTAN

Untuk para penggemar mi instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi mi instan, jika Anda akan mengkonsumsinya lagi, dari informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa mi instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mie instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir tidak punya waktu lagi untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi mi instan setiap hari. Akhirnya dia menderita kanker. Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin dalam mi instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan lilin tersebut.

5. BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan. Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.

6. KOPI
Minum Kopi secara berlebihan, para Ilmuwan menganjurkan minum kopi maxsimal hanya 3 gelas cangkir  ,itupun cangkir yang berukuran kecil. 

10 Kebiasaan yang dapat Merusak Otak Kita


Otak manusia terdiri lebih dari 100 miliar syaraf yang masing-masing terkait dengan 10 ribu syaraf lain. Bayangkan, dengan kerumitan otak seperti itu, maka Anda wajib menyayangi otak Anda cukup dengan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering disepelekan.

Otak adalah organ tubuh vital yang merupakan pusat pengendali sistem syaraf pusat. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya. Sungguh suatu tugas yang sangat rumit dan banyak. Maka, hindarilah 10 kebiasaan buruk di bawah jika Anda masih ingin otak Anda bekerja dengan baik.

1.Tidak sarapan pagi
Mereka yang terbiasa tidak mengkonsumsi sarapan pagi memiliki kadar gula darah yang rendah. Akibatnya suplai nutrisi ke otak menjadi kurang. Otak juga butuh "makan" agar dapat bekerja optimal.

2.Makan terlalu banyak
Terlalu banyak makan, apalagi yang berkadar lemak tinggi, dapat berakibat mengerasnya pembuluh darah otak karena penimbunan lemak pada dinding dalam pembuluh darah. Akibatnya kemampuan kerja otak akan menurun.

3.Merokok
Zat-zat kimia beracun dalam rokok yang terhisap, misalnya karbon monoksida, akan menghalangi kemampuan darah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh termasuk otak, mengakibatkan penyusutan otak secara cepat. Nikotin juga dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL) dalam darah. Akibatnya, transportasi lemak terganggu hingga menyumbat pembuluh darah dan menghalangi transportasi oksigen dan nutrisi ke otak. Merokok juga dapat mengakibatkan penyakit alzheimer.

4.Mengkonsumsi gula terlalu banyak
Konsumsi gula yang terlalu banyak juga dapat menyebabkan terganggunya penyerapan protein dan nutrisi. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan gizi yang akan mengganggu perkembangan otak.

5.Tidak memakai masker polusi udara
Otak adalah konsumen oksigen terbesar dalam tubuh manusia. Menghirup udara yang berpolusi menurunkan suplai oksigen ke otak sehingga dapat menurunkan efisiensi atau daya kerja otak.

6.Kurang tidur

Otak memerlukan tidur sebagai saat beristirahat dan memulihkan kemampuannya. Kekurangan tidur dalam jangka waktu lama akan mempercepat kerusakan sel-sel otak.

7.Menutup kepala saat tidur
Kebiasaan tidur dengan menutup kepala dapat meningkatkan konsentrasi zat karbondioksida sehingga menurunkan proses menghirup oksigen yang dapat menimbulkan efek kerusakan pada otak.

8.Kurang menstimulasi pikiran
Berpikir adalah cara yang paling tepat untuk melatih otak kita. Kurangnya stimulasi pada otak dapat menurunkan kemampuan kerja sel-sel syaraf otak sehingga menyebabkan mengkerutnya otak.

9.Jarang berkomunikasi
Komunikasi diperlukan sebagai salah satu sarana memacu kemampuan kerja otak. Berkomunikasi secara intelektual dapat memicu optimalnya fungsi kerja otak. Jarang berkomunikasi akan menyebabkan kemampuan intelektual otak menjadi kurang terlatih.

10.Berpikir keras saat sakit
Bekerja terlalu keras atau memaksakan untuk menggunakan pikiran saat kondisi sakit dapat menyebabkan kelelahan berlebihan pada otak dan mengurangi efektifitas kerjanya sehingga dapat merusak otak.

Senin, 30 April 2012

Renungan : Life is so simple..

hidup
Ada seseorang saat melamar kerja, ia memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah dan hal itu terlihat oleh peng-interview dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

”TERNYATA UNTUK MEMPEROLEH PENGHARGAAN SANGAT MUDAH..
CUKUP MEMELIHARA KEBIASAAN YANG BAIK"

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Ada seorang anak menjadi murid kerja di toko sepeda, suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya, keesokan hari setelah sang pemilik sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil dan menyuruh bekerja tetap di tempatnya.

"TERNYATA UNTUK MENJADI ORANG YANG BERHASIL SANGAT MUDAH, CUKUP PUNYA INISIATIF SEDIKIT SAJA"

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Seorang anak berkata kepada ibunya, “Ibu hari ini sangat cantik.” Ibu menjawab “Mengapa?”
Anak menjawab “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.”

"TERNYATA UNTUK MEMILIKI KECANTIKAN SANGATLAH MUDAH, HANYA PERLU TIDAK MARAH MARAH"

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah,
Temannya berkata..
"Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur"
Petani menjawab “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku"

"TERNYATA MEMBINA SEORANG ANAK SANGAT MUDAH, CUKUP MEMBIARKAN DIA RAJIN BEKERJA"

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya,
“Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?”
Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.”
Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan
Ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi.”
Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat..
“Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana.”

"TERNYATA JALAN MENUJU KEBERHASILAN SANGAT MUDAH, CUKUP DENGAN MENGERJAKAN SEGALA SESUATUNYA SETAHAP DEMI SETAHAP SECARA TEKUN SERTA BERURUTAN"

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan “Tempatmu terlalu berbahaya..tinggallah denganku.”
Katak di pinggir jalan menjawab,
“Aku sudah terbiasa..malas untuk pindah",
Beberapa hari kemudian katak sawah menjenguk katak pinggir jalan dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat...

”TERNYATA SANGAT MUDAH MENGENGAM NASIB KITA SENDIRI, CUKUP MENGHINDARI KEMALASAN SAJA..''

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat sangat menderita.
Hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya,
“Mengapa engkau begitu santai?” Dia menjawab sambil tertawa
“Karena barang bawaan saya sedikit.”

"TERNYATA SANGAT MUDAH UNTUK MEMPEROLEH KEGEMBIRAAN, CUKUP TIDAK SERAKAH DAN MEMILIKI SECUKUPNYA SAJA"