Life for Tommorow

Masa lalu ibarat pengambian foto dengan teknik 'Levitasi'. Ianya terlihat menarik seolah waktu terhenti tanpa gravitasi. Padahal, ia hanya mencuri sepersekian detik waktu untuk mengabadikan momen semu itu. Hanya semu. ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Hijrah

"Siapa yang tidak mendekat kepada ALLAH, padahal sudah dihadiahi berbagai kenikmatan, akan diseret (agar mendekat) kepada-NYA dengan rantai cobaan."(IAA) ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Ephemeralogic

Tuhan menitipkan cerita di dalam cerita. Memberikan batas disetiap masa. ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Dakwah

"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh pada jalan Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya ALLAH bersama orang-orang yang berbuat kebajikan."(Q.S. Al-Ankabut : 69) ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Menulislah

Jika Kau Bukan Anak Raja, Juga Bukan Anak Ulama Besar, maka Menulislah ! ---www.pejuanghijrah.blogspot.com---

Sabtu, 17 Mei 2014

Kisah si Lilin Kecil


“Nyala api si lilin kecil, seketika redup saat kau tiup.. kemanakah apinya pergi..?”

Quote ini terinspirasi  dari narasumber  “D.O.S” yang mengetuk fikiran saya secara paksa pada perjalanan pencarian saya setelah 2 tahun terakhir. Saat pertama kali membaca kutipan tersebut, apa yang terlintas difikiran  anda? Mungkin bayangan anda mengarah pada lilin perayaan momen spesial ulang tahun, atau benda sakral yang menjadi harta karun saat terjadi pemadaman listrik? Hehe..

Yang pertama, mungkin paling banyak mungkin mengarah pada momen peringatan kelahiran, lilin kecil yang identik bertengger pada kue perayaan ulang tahun. Dimana pada saat yang sama suara perayaan berdesakan, memburu untuk segera meniup lilin memperingati umur yang semakin bertambah.
Kembali ke pertanyaan awal, kemanakah apinya pergi saat ditiup..?

*ia menghilang memenuhi takdirnya..*
dan bagaimana kisah si Lilin kecil selanjutnya..?


Quote ini menganalogikan 2 hal, yaitu lilin kecil sebagai jasad, dan api sebagai ruh. Bayangkan saat api tersebut ditiup, seketika ia padam. Begitu juga kita, saat Ruh kita ditiup dari jasad kita, kita hanya tinggal seonggok tulang berbalut daging (D). MashaALLAH. Dan analogi tersebut masih berlanjut dengan pertanyaan “kemana” ia saat ditiup? Ia memenuhi takdirnya untuk pulang, pulang kerumah kita : akhirat..
Bicara soal kematian, mungkin itu sesuatu yang jauh, atau memang sengaja dijauhkan dari fikiran kita. Namun sadar atau tidak setiap helaan nafas kita adalah langkah-langkah kecil menuju kematian itu. Siap tak siap, mau tak mau, kita akan menemuinya.

Lilin perayaan ulang tahun. Saya bergidik sendiri, narasumber maupun kita yang sempat meniup lilin perayaan tersebut, kita lah makhluk yang berperan langsung dalam pemadaman api itu. Ya.. perayaan peringatan kepergian Ruh kita setiap tahunnya.. Astaghfirullah.

Yang Kedua, lilin sebagai harta karun saat pemadaman listrik. Hehe.. Secara teorinya,  umur lilin memang bergantung pada panjangnya (-PWS),dan material lain yang terkandung dalam lilin serta suhu api yang mempengaruhi batas waktu kekekalan lilinnya. Tapi kalo iya iitu ga ada gangguan. Bagaimana kalalu tiba-tiba datang angin kencang yang mencelakakan si Lilin kecil (*elah bahasanya), atau hal-hal yang dengan sengaja membunuh lilin sebelum masa padam nya tercapai? Dan iu semua kembali tegantung kepada Yang Punya kuasa pemiliknya kan (OPW).

Si lilin kecil, memiliki tugas menerangi hal-hal *yang harus ia terangi* saat ia terpilih sebelum jasadnya meleleh dimakan waktu. Lilin kecil cahayanya memang tak begitu benderang, kadang harus kalah dengan sinar yang lain, berusaha tetap menyala saat angin kencang menggoyahkan pertahanannya,  dan mungkin useless sama sekali saat disekitarnya benderang. Tapi ia tetap berusaha bersinar sebelum akhirnya pemadaman tersebut terjadi kepadanya. Pemadaman itu tak memandang usia. Meski si Lilin masih memiliki jasad yang kokoh maupun lemah, jika waktunya tiba, ia harus siap menghadapi pemadaman. Kita lah si Lilin kecil itu, ALLAH memilih untuk meniupkan ruh bagi kita. Agar kita memenuhi takdir kita untuk menerangi hal-hal disekitar kita, sebelum akhirnya kita dipadamkan oleh Sang Pemilik Nyawa. Mampukah kita tegar menghadapi terpaan angin yang kencang sampai waktu tersebut datang? Wallaahualam.***